Misi Tuchel dan Chelsea Hapus Trauma yang Diberikan Solskjaer Bersama Man United
Thomas Tuchel dalam pengakuannya menyebutkan bahwa dirinya masih dibayangi trauma atas kekalahan menyesakkan dari Manchester United dan Ole Gunnar Solskjaer kala masih menukagi Paris Saint-Germain.
“Saya bisa jujur bahwa usai laga itu (melawan Man United tahun 2019), saya berada di tempat tergelap selama dua hari. Saya bisa katakan saya tak berbicara dengan orang lain selama dua hari dan tak memikirkan apapun terkecuali kekalahan dari Man United,” tutur Tuchel kepada Goal Internasional.
“Itu (kekalahan dari Man United 2019) mungkin kekalahan terburukku karena itu datang entah dari mana,” imbuhnya.
Pada 2019 lalu, Tuchel yang menukangi PSG menjamu Man United di Parc des Princes. Saat itu, Les Parisiens diunggulkan menang karena telah mengantongi dua gol tandang di babak 16 besar Liga Champions 2020/21.
Namun, keunggulan gol tandang tersebut harus pupus di Parc des Princes setelah Man United yang diasuh Solskjaer menang 3-1 atas PSG.
Lalu di tahun 2020, Tuchel bersama PSG kembali menghadapi Solskjaer dan Man United di babak grup Liga Champions 2020/21. Lagi dan lagi, ia harus merasakan kekalahan di kandang dari pria asal Norwegia tersebut.
Tuchel dan PSG harus dibuat tumbang Solskjaer dengan skor 1-2. Beruntung di pertemuan selanjutnya, ia mampu membalas kekalahan dengan meraih kemenangan 3-1 di Old Trafford.
Sejauh ini, Tuchel dan Solskjaer telah bertemu sebanyak empat kali. Uniknya, kedua sosok ini memiliki jumlah dua kemenangan yang didapat masing-masing di markas lawan.
Tuchel paham betul bahwa sejarah membuktikan dirinya melempem saat menghadapi Solskjaer dan Man United di kandang. Kini usai berganti klub dari PSG ke Chelsea, pria asal Jerman ini bertekad menghapus trauma tersebut.
Namun sayangnya, Chelsea juga memiliki trauma berkepanjangan dengan Solskjaer yang ditunjuk sebagai pelatih pada akhir tahun 2018 silam.
Chelsea telah bertemu Solskjaer yang melatih Man United sebanyak tujuh kali dan hanya meraih satu kemenangan. Kemenangan itu pun di dapat di Piala FA. Di Liga Inggris? The Blues tak pernah menang.
Sedangkan Man United bersama Solskjaer punya catatan mentereng dengan empat kemenangan atas Chelsea di segala ajang di mana tiga kemenangan di antaranya didapat di Stamford Bridge (di Liga Inggris 2 kali, di Piala Liga Inggris 1 kali).
Dengan buruknya catatan Chelsea di kandang yang selalu dibuat tak berdaya oleh Solskjaer, Tuchel pun tak bisa banyak mengharapkan tuah Stamford Bridge
Tuchel harus menyiapkan strategi yang matang setidaknya untuk menghapus catatan tak pernah menang di kandang dari Solskjaer. Kesempatan itu ada kini bersama Chelsea yang punya catatan yang sama.
Solskjaer dan Man United selalu mengusung taktik Counter-Attack saat menghadapi tim-tim besar dengan mengandalkan pertahanan berlapis di skema 4-2-3-1 dengan memasang dua gelandang jangkar di lini tengah.
Solskjaer dan Man United selalu mengandalkan transisi dari bertahan ke menyerang secepat kilat dengan mengandalkan para pemain sayapnya, terutama Marcus Rashford yang memiliki catatan apik sebagai Ball Carriers yang kemudian ia transformasikan sebagai peluang dengan jumlah 36 kali di Liga Inggris.
Kecepatan para pemain Man United dalam transisi akan menjadi ujian berat bagi Tuchel dengan skema Counter-Pressing nya.
Sebab, Counter-Pressing akan membuat para pemain bertahan naik hingga setengah lapangan dan membuat adanya ruang di belakang bek yang bisa diekploitasi dengan baik oleh Man United.
Apalagi, taktik Counter-Pressing hanya berfungsi ketika para pemain mampu dengan baik menutp gerak bola dan gerak pemain lawan. Sedangkan Solskjaer benar-benar mengandalkan skill individu pemain dan kecepatan yang dimilik anak asuhnya di Man United.
Bisa dikatakan, Man United tak bisa leluasa memainkan transisi tersebut saat menguasai pertandingan. Berkaca dari pertemuan pertama musim ini, Chelsea saat masih bersama Frank Lampard lebih memilih bermain defensif agar Setan Merah tak bisa mengandalkan transisi tersebut.
Tuchel diyakini memahami hal tersebut dan akan sedikit realistis untuk mematahkan transisi Setan Merah tanpa melupakan strategi Counter-Pressing nya. Apalagi, ia mampu membuat PSG meraih kemenangan dua kali atas Man United di bawah arahan Solskjaer.
Dengan catatan dan strategi keduanya, akankah Thomas Tuchel mampu menghapus traumanya dan Chelsea sekaligus mematahkan catatan tak pernah kalah di laga tandang beruntun Ole Gunnar Solskjaer dan Manchester United? Ataukah malah sebaliknya?