Mengenang Gregoire Akcelrod, Penipu Ulung Sepak Bola selain Ali Dia
Gregoire Akcelrod dulunya adalah anak muda dari keluarga kaya raya. Lahir di lingkungan keluarga berada, keinginannya menjadi pesepak bola pun ditentang oleh orang tuanya.
“Ayahku tak punya ketertarikan dengan sepak bola dan mengatakan kepadaku bahwa ia tak ingin melihatku sebagai pesepak bola.
“Tapi pada usia 18 tahun saya berpikir untuk melakukan segalanya dan membuktikan kepadanya bahwa ia (Ayahku) salah dan saya menjadi pemain profesional,” tutur Akcelrod kepada Get French Football News.
Akcelrod bukanlah pemain bertalenta. Ia baka mengaku dirinya penyerang yang buruk, gemuk dan tak punya kualitas selain kecintaannya terhadap sepak bola.
Namun kekurangan itu tak menghalang niatnya menjadi pesepak bola. Pada usia 17 tahun, ia pernah mengedit artikel Nicolas Anelka di L’Equipe dan ia ubah menjadi namanya untuk mengelabui teman-temannya.
“Saya di Asrama pada usia 17 tahun. Satu waktu, saya membuat website. Saya meng-copy artikel soal Nicolas Anelka di mana setiap tim besar ingin merekrutnya. Saya ganti namanya dengan nama Akcelrod dan semua teman mempercayainya,” kenangnya.
Tak lama berselang, Akcelrod mengirim surat ke seluruh tim besar di Inggris untuk menjalani trial. Dan Swindown Town menjadi klub yang memberinya trial tersebutselama dua hari.
Di hari kedua trial, hanya 11 pemain yang dipanggil kembali oleh Swindown Town. Tak ada nama Akcelrod yang memang tampil buruk di hari pertama. Namun ia nekat datang dengan alasan ia tak paham bahasa Inggris.
Ambisi menjadi pemain bola hingga ke Inggris membuat sang Ayah murka dan memarahinya. Bahkan singkatnya, Akcelrod tak mendapat kiriman uang sama sekali karena sang Ayah murka.
Dari sebelumnya yang tinggal di hotel bintang lima, Akcelrod harus menggelandang dan kerja di restoran cepat saji selama 12 bulan. Impiannya sebagai pemain bola pun tak pupus.
Pada 2006, harapan Akcelrod terbuka saat sebuah channel televisi menyatakan bahwa Paris Saint-Germain tengah membuka seleksi untuk tim amatirnya. Ia lantas menghubunginya untuk menjalani trial.
“Saya berlatih dengan tim ketiga PSG selama sepekan dan mereka senang denganku. Saya lalu mendapat cedera selama beberapa pekan.
“Ketika saya kembali, mereka bilang bahwa saya tak dibutuhkan karena mereka menemukan pemain baru di posisiku. Saya pun depresi karenanya,” ujar Akcelrod.
Dari sanalah penipuan Akcelrod dimulai. Ia memanfaatkan nama Paris Saint-Germain di dalam CV-nya untuk mendaftar di klub lainnya.
Ia pun lantas ke Amerika Seatan dan bermain sebentar di Argentina bersama Tigres yang merupakan tim Divisi Utama. Lalu, ia mendapat kesempatan kembali ke Eropa setelah ditelpon sang agen.
Sang agen menyebut ia memiliki kesempatan bermain di Eropa dan tampil di Liga Champions dan mengirim Akcelrod ke Bulgaria untuk menjalani trial bersama CSKA Sofia.
Setelah menjalani trial dan pramusim bersama tim utama di Vienna, Akcelrod mendapat kontrak profesional berdurasi tiga tahun dan bayaran 15 ribu euro per bulannya. Ia pun setuju. Bahkan pihak klub datang ke kamarnya untuk berfoto mengenakan seragam CSKA Sofia.
“Esoknya, pihak klub datang ke kamarku dan mengambil fotoku dengan jersey CSKA. Itu ada di headline website klub dengan judul ‘CSKA merekrut Akcelrod’.
“Itu (transfer) sudah selesai. Saya hanya tinggal menandatangani kontrak besoknya,” kenang Akcelrod.
Namun, rekam jejaknya tak bisa ditutupi setelah fans CSKA Sovia mendapat info dari forum fans PSG bahwa Akcelrod adalah pembohong dan tak pernah main bagi PSG.
“Fans CSKA memberi tahu jurnalis Bulgaria dan esok paginya saya bangun. Saya melihat wajahku di koran tapi saya tak paham bahasanya.
“Ketika saya datang untuk menandatangani kontrak, tak ada yang berbicara denganku. Saya hanya mendengar ‘Greg, taksi menunggumu. Anda akan kembali ke Paris,” imbuhnya.
Terungkapnya kebohongan Akcelrod pun memupuskan impiannya menjadi pesepak bola profesional yang tampil di Liga Champions bersama CSKA Sofia.
Setelahnya, Akcelrod menjalani karier di berbagai belahan dunia lainnya. Total ia bermain di 19 negara dan lima benua berbeda sebelum mengakhiri karier di usia 28 tahun di China.
Kini Gregoire Akcelrod bekerja menjadi agen sepak bola yang mencari bakat-bakat muda hingga mampu masuk ke Liverpool dan Aston Villa.