Metamorfosis Moise Kean: Terbelenggu di Inggris, Bersinar di Prancis
Pada bursa transfer musim panas 2020 lalu, Moise Kean mendapat kesempatan untuk kembali ke Juventus sebagai pemain pinjaman dar Everton.
Sebelumnya, Kean pernah bermain bagi Juventus selama tiga musim sejak 2017 hingga 2019 sebelum dijual ke Everton pada musim panas 2019 dengan mahar 27.5 juta euro.
Sebenarnya di Juventus Kean terbilang tak buruk-buruk amat. Tapi sebagai pemain muda, ia membutuhkan menit bermain lebih untuk perkembangannya.
Selain itu, pergantian pelatih dari Massimiliano Allegri selaku pelatih yang mengorbitkannya ke Maurizio Sarri membuat hasratnya untuk hengkang dari Turin menggebu-gebu.
Lalu datanglah Everton yang meminangnya. Tawaran ini diterima untuk menambah jam terbang serta pengalamannya di usia muda.
Namun, kepindahan ke Everton juga tak berjalan mulus. Malahan kariernya melempem karena di musim perdananya ia hanya mencetak dua gol dan dua assist saja dari 33 laga.
Penampilan buruk ini pun seakan menjadi penyesalan bagi Kean yang memang masih berusia muda. Beruntung baginya, pada musim panas 2020, PSG datang untuk meminjamnya bersama Juventus.
Namun, ia lebih memilih PSG karena dorongan keluarga. Keinginan sang keluarga dan keputusannya pun berbuah manis karena Kean menunjukkan metamorfosis apik sebagai pesepak bola.
Di musim 2020/21 sejauh ini, Kean telah mencetak 17 gol dan satu assist dalam 31 laga di mana 11 gol di antaranya ia cetak di Ligue 1 dalam 19 penampilan saja.
Di Liga Champions pun ia juga mampu mencetak tiga gol dalam enam laga yang telah ia jalani. Sehingga, bila menganggap Ligue 1 terlalu muda sehingga ia kian tokcer, maka anggapan itu salah.
Metamorfosis Kean di Prancis terlihat dari gaya bermainnya. Selama di PSG, pemain berusia 21 tahun itu menempati posisi winger kanan di mana ia bisa bergerak bebas atau bahkan menjadi penyerang tengah.
Berbeda dengan di Everton, Kean dipaksa harus andal dalam mengkreasikan peluang saat berfungsi sebagai winger kanan.
Di PSG, tugas Kean sepenuhnya hanya mencetak gol. Hal ini terlihat dari xG (Expected Goals) nya yang mencapai nilai 9.6.
Dengan torehan 17 gol di segala ajang, Kean melebihi statistik yang ia buat di mana dengan nilai xG 9.6, ia seharusnya hanya mencetak 10 gol. Namun, justru torehan golnya yang melebihi statistik lah yang membuatnya benar-benar bermetamorfosis.
Metamorfosis itu terlihat dari ketajamannya yang meningkat tanpa harus ada campur tangan untuk mengkreasikan peluang bagi rekan-rekannya. Di PSG, Kean benar-benar menjadi penyerang murni.
Berbeda dengan saat dirinya di Everton dan Juventus yang membatasi dirinya bergerak di kotak 16 dengan leluasa entah karena taktik atau demi memberi kesempatan kepada rekan-rekannya.
Saat di Everton, Kean membuat Shot Creating Actions (pergerakan atau umpan yang berbuah tembakan) sebanyak 29 kali di musim 2019/20. Dibandingkan dengan saat di PSG di mana ia hanya memiliki 16 SCA saja.
Dengan catatan ini, wajar jika Moise Kean mendapat tempat ternyamannya untuk bermetamorfosa di Prancis bersama Paris Saint-Germain. Bukan tidak mungkin, metamorfosisnya akan membuatnya menjadi penyerang tajam haus gol yang membuat Everton atau bahkan Juventus gigit jari telah melepasnya.