FOOTBALL265.COM - Mengenang perjalanan karier Juan Roman Riquelme, legenda Argentina yang gagal jadi penerus Maradona namun menginspirasi banyak bintang dunia.
Argentina sejak dulu dikenal sebagai negara produsen pesepak bola berbakat. Bersama Brasil, talenta potensial yang berasal dari wilayah mereka seakan tak ada habisnya.
Jika Brasil terkenal dengan para pemainnya yang seakan mampu berdansa di atas lapangan, maka pemain Argentina lebih ke arah kejeniusan mereka.
Salah satu produk terbaik jebolan Argentina selain Diego Armando Maradona dan Lionel Messi. Namun jangan lupakan pula nama Juan Roman Riquelme. Riquelme juga termasuk salah satu pemain yang berhak menyandang gelar gelandang serang terbaik dunia.
Riquelme banyak disebut sebagai pemilik sahih nomor 10 terakhir alias titisan Maradona. Pergerakannya yang lambat dan terlihat sangat jarang turun menjemput bola dapat tertutup dengan kejeniusannya melepas umpan penghancur pertahanan serapat apa pun.
Dijuluki ‘Si Malas’, Riquelme adalah salah satu pemain yang diberkahi dengan kreativitas yang tak dimiliki oleh semua pemain.
Melihatnya berada di atas lapangan tak ubahnya melihat seorang pelukis sedang beraksi di depan kanvas. Gerakannya yang elegan mampu membius puluhan ribu suporter di tribun sekaligus lawan-lawannya.
Tanpa diduga-duga, tiba-tiba bola telah meluncur memberi peluang pada rekannya untuk dapat mencetak gol. Tak heran, di puncak kariernya dulu Juan Roman Riquelme dipandang sebagai ancaman serius bagi lini belakang klub mana pun.
Lahir dan besar di pinggiran Buenos Aires, Riquelme mengenal sepak bola sejak usia dini. Dia telah bergabung dengan Argentinos Juniors dan mampu mencuri perhatian dari banyak klub mapan di Argentina.
Hasilnya, Juan Roman Riquelme. diboyong Boca Juniors bahkan sebelum usianya menginjak 18 tahun dengan banderol 800 ribu dolar AS (sekitar Rp11, 7 miliar). Nominal yang cukup impresif.
Bersinar di Boca Juniors, dia berhasil mengantarkan membawa dua titel Copa Libertadores ke La Bombonera sebelum diboyong oleh Barcelona pada 2002.
Beberapa kali dirinya dikritik karena etos kerjanya dianggap kurang dan dianggap merugikan klub secara keseluruhan. Harapan publik Argentina melihat Riquelme menaklukkan Eropa seperti apa yang dilakukan Diego Maradona seakan harus dikubur dalam-dalam.
Publik pun mulai menganggap Riquelme sebagai reinkarnasi palsu Diego Maradona. Apalagi beberapa tahun kemudian muncul sosok Lionel Messi.