FOOTBALL265.COM - Cerita eksklusif Emir Eranoto, wonderkid Indonesia yang sempat gemilang di Eropa termasuk jadi kapten bersama klub Liga Italia hingga kini pulang ke Semarang untuk fokus ke dunia pendidikan.
Nama Emir Eranoto sendiri memang sempat jadi perbincangan khususnya para pecinta sepak bola Tanah Air. Pasalnya, pemain berusia 20 tahun tersebut pernah torehkan cerita manis di kancah Liga Italia.
Tidak cuma sekedar bermain di level akademi, pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah tersebut bahkan sampai dipercaya untuk mengemban jabatan kapten tim sepanjang kompetisi.
Selain itu, Emir yang bernama lengkap Emir Eranoto Dipasena ini juga sempat membuat sejumlah cerita mulai dari diklaim Malaysia, hingga perjuangan berat untuk gabung tim Juventina.
Secara eksklusif kepada INDOSPORT, Emir Eranoto pun coba membagikan perjalan karier serta beberapa momen menarik dirinya selama mentas di Liga Italia.
Awal Mula Main di Eropa?
Jadi tahun 2018 itu, saya bergabung dengan ISM Academy sebuah akademi di Italia, setelah itu tahun 2019 saya tanda tangan kontrak profesional dengan San Marco Juventina (salah satu divisi 6 klub Italia).
Sempat Ada Kesulitan Sebelum Gabung Juventina?
Prosedurnya (tanda tangan kontrak) harus lewat pemerintah di Italia untuk mendapat dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Jadi semua hasil nunggunya agak lama, karena perlu lewat pemerintah itu. Masih ada juga surat dari PSSI yang harus diartikan ke bahasa Italia.
Kita juga harus mengurus dokumen dari klub lama saya di Indonesia, dan disini (Italia) juga saya harus punya yang namanya permesso disoggiorno, residenza, dan codice fiscale dan itu membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi nanti data-data saya harus dikirim terlebih dahulu ke KBRI Roma.
Cerita Suka dan Duka Setelah Resmi Main di San Marco Juventina?
Dukanya itu, saya pernah membuat pelanggaran di dalam kotak penalti di menit terakhir yang akhirnya tim saya berakhir seri 1-1, padahal saat itu pertandingan debut saya.
Tapi untuk sukanya, saya pernah membuat gol dari luar kotak penalti dengan tendangan half volley walaupun tim saya kalah akhir nya dengan skor 1-2.
Tapi yang membuat itu tidak terlupakan adalah, karena temen-teman saya orang Italia memberi saya selamat atas gol indah tersebut.