Bedah Kualitas Aurelien Tchouameni, Penerus N'Golo Kante yang Jadi Buruan Chelsea
Aurelien Tchouameni diboyong AS Monaco dari Bordeaux pada Januari 2020 lalu atau di bursa transfer musim dingin. Tercatat, ia baru satu tahun lebih sedikit membela AS Monaco.
AS Monaco tergolong berani memberikannya porsi lebih untuk bermain, terutama di jantung permainan tim. Apalagi, Les Rouge et Blanc masih memiliki pemain seperti Cesc Fabregas.
Namun, Tchouameni mampu membayar kepercayaan itu dan mempermanenkan posisinya di lini tengah AS Monaco di musim 2020/21 ini atau setengah tahun usai kepindahannya dari Bordeaux.
Banyak orang yang menyebut Tchouameni sebagai penerus N’Golo Kante karena kemiripannya dalam memainkan peran Double Six dalam skema tiga bek.
Tchouameni mampu menunjukkan gaya bermain bertahan yang agresif sama seperti Kante dengan atribut lengkap seperti Pressing, intersep, blok dan aksi bertahan lainnya.
Akan tetapi, tepatkah julukan tersebut ia terima? Untuk menjawabnya, INDOSPORT akan mengungkap statistik keduanya dalam tugasnya sebagai gelandang bertahan. Dengan keterbatasan data, maka statistik yang diambil adalah statistik dalam satu tahun atau 365 hari terakhir.
Dikutip dari FBRef.com, dalam aksi bertahan, Tchouameni memiliki rataan tekel sebanyak 4.17 per 90 menit, 1.65 blok per 90 menit, intersep 1.76 kali per 90 menit dan mampu menekan lawan sebanyak 17.11 kali per 90 menit.
Di sisi lain, Kante mampu menekan lawan sebanyak 17.68 kali per 90 menit, intersep 2.45 kali per 90 menit, melakukan blok sebanyak 2.38 kali per 90 menit dan tekel sebanyak 3.25 kali per 90 menit.
Dari statisik itu, dapat disimpulkan Kante sedikit lebih agresif dan siap berlari untuk merebut atau menghalang bola. Hal ini terlihat dari banyaknya Pressure atau tekanan, intersep serta blok yang ia lakukan kepada lawan.
Sedangkan Tchouameni sedikit lebih ke dalam dan memilih menunggu lawan melakukan serangan sebelum memutus alur tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya tekel yang ia buat per 90 menit.
Meski terkesan berbeda dalam aksi bertahan, namun Tchouameni dan Kante memiliki kemiripan sebagai gelandang Box to Box saat menyerang di mana Tchouameni lebih sedikit mengancam gawang lawan ketimbang Kante.
Hal ini terlihat dari banyaknya sentuhan yang ia buat di kotak penalti lawan saat menyerang di mana Tchouameni rata-rata menyentuh bola sebanyak 1.65 kali di area lawan berbanding 0.64 kali dengan Kante.
Dari sampel yang sempit ini, keduanya memiliki kemiripan saat bertugas sebagai Double Six, yakni sebagai gelandan Box to Box yang memiliki Attacking Threat dan bertahan sama baiknya.
Sehingga wajar jika Chelsea mengingingkan Tchouameni untuk jaga-jaga jika Kante performanya mulai menurun. Toh perbedaan usia keduanya terlampau jauh.
Setidaknya, kedatangan Tchouameni akan memberikan garansi pada Chelsea untuk tetap mempertahankan gaya bermainnya sama seperti saat masih bersama Kante.