In-depth

Resah Gelisah Virus Corona di Balik Gemerlap Euro 2020

Jumat, 2 Juli 2021 16:35 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Matthew Chattle/Barcroft Media via Getty Images
Kerumunan penonton selama perhelatan Euro 2020 dituding jadi kambing hitam dalam melonjaknya COVID-19 di Eropa. Copyright: © Matthew Chattle/Barcroft Media via Getty Images
Kerumunan penonton selama perhelatan Euro 2020 dituding jadi kambing hitam dalam melonjaknya COVID-19 di Eropa.

FOOTBALL265.COM - Kerumunan penonton selama perhelatan UEFA Euro 2020 dituding jadi kambing hitam dalam melonjaknya COVID-19 di Eropa. Kondisi tersebut membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angkat suara pada Kamis (01/07/21).

Dilansir dari Reuters, WHO menyoroti kerumunan di stadion selama ajang empat tahunan berlangsung. Menurut WHO, angka covid-19 di Eropa sempat menunjukkan angka penurunan selama 10 minggu.

Kondisi kemudian berubah drastis setelah para suporter lengah dengan protokol COVID-19 seperti tak menjaga jarak dan parahnya tak mengenakan masker.

Pekan lalu, jumlah kasus baru naik 10%, WHO mengklaim kenaikan kasus dipicu kerumunan di kota-kota tuan rumah Euro 2020. Bebasnya perjalanan dan pelonggaran pembatasan sosial juga dinilai jadi sebab tingginya kasus.

"Kita perlu melihat lebih dari sekadar stadion itu sendiri," kata perwakilan WHO, Catherine Smallwood.

“Kita perlu melihat bagaimana orang-orang sampai di sana, apakah mereka bepergian dengan konvoi bus besar yang penuh sesak? Dan ketika mereka meninggalkan stadion, apakah mereka pergi ke bar dan klub yang ramai untuk menonton pertandingan?

"Peristiwa kecil terus-menerus inilah yang mendorong penyebaran virus," kata Smallwood.

© Matthew Chattle/Barcroft Media via Getty Images
Fans Skotlandia di Wembley. Copyright: Matthew Chattle/Barcroft Media via Getty ImagesFans Skotlandia di Wembley.

Gelaran Euro 2020 sendiri sudah memasuki babak perempatfinal. Secara teknis, penyelenggaraan babak grup berjalan sukses dan banyak menyedot perhatian dunia.

Sayangnya, pada waktu bersamaan, dunia tengah diresahkan dengan penyebaran varian virus Delta yang diduga berasal dari India. Virus ini sudah menyebar ke banyak negara, termasuk indonesia.

Di benua biru sendiri, (ECDC) Badan Pengendalian Penyakit Uni Eropa telah memperkirakan hadirnya varian baru ini akan menyebabkan 90% kasus pada akhir Agustus nanti.

Rusia sebagai negara yang beratasan langsung di Asia dan Eropa baru saja mengalami rekor jumlah kematian selama tiga hari terakhir. Pada hari Kamis (01/07/21) lalu saja ada 672 kematian dari 23.543 kasus yang diumumkan.

Otoritas salah satu negara Skandinavia, Finlandia, telah mengimbau masyarakatnya untuk tidak berpergian ke Rusia setelah di negara asal Teemu Pukki itu terdapat 400 kasus baru.