In-depth

Sepenggal Kisah Persiku Kudus, Klub Lawas Era Liga Dunhill yang Kini Terjebak di Liga 3

Jumat, 13 Agustus 2021 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Grafis:Yanto/Football265.com
Logo Persiku Kudus. Copyright: © Grafis:Yanto/Football265.com
Logo Persiku Kudus.

FOOTBALL265.COM - Persiku Kudus. Klub asal Jawa Tengah ini diketahui pernah berkibar dan mewarnai kasta tertinggi era 1990-an, tepatnya Liga Dunhill, tapi kemudian menghilang selama bertahun-tahun akibat terjebak di Liga 3. 

Dalam lembaran sejarah sepak bola Indonesia, Jawa Tengah identik dengan PSIS Semarang. Klub ini punya tergolong berprestasi sejak era Perserikatan (1930-1994) dan memiliki basis suporter yang besar, yakni Panser Biru dan Snex. 

Namun, warga Jawa Tengah pernah punya idola lain yang sama-sama mentas di kasta tertinggi, yaitu Liga Dunhill 1994-1995 yang notabene pembuka era profesional di Indonesia. Klub tersebut tidak lain adalah Persiku Kudus. 

Meski tidak terlalu menonjol, toh Persiku Kudus mampu menjaga eksistensi mereka di level elite. Klub berjulukan Macan Muria ini tercatat menduduki tangga ke-12 klasemen akhir Wilayah Barat Liga Dunhill 1994-1995, cukup aman dari zona degradasi. 

Berdasarkan penelusuran INDOSPORT, Persiku menorehkan 10 kemenangan, tujuh seri, dan 15 kali menelan kekalahan. Bambang Harsoyo menjadi penyumbang gol terbanyak waktu itu dengan koleksi delapan gol sepanjang Liga Dunhill 1994-1995. 

Persiku juga memiliki kenangan yang berkaitan dengan salah satu legenda Piala Dunia asal Kamerun, Roger Milla, meski sebenarnya kurang nyaman untuk diingat. Mereka menjadi korban keganasan Sang Singa Perkasa dalam debutnya di Liga Indonesia bareng Pelita Jaya. 

Persiku Kudus menelan pil pahit berupa kekalahan telak lima gol tanpa balas di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, 8 Januari 1995. Roger Milla mengemas dua gol, sedangkan tiga lainnya diborong oleh striker legendaris Pelita Jaya berjulukan Pippo Inzaghi Indonesia, Buyung Ismu. 

Sukses menghindari degradasi 1994-1995, Persiku Kudus berhak mentas di Liga Dunhill 1995-1996, namun rupanya di sinilah titik balik mereka yang berujung nestapa panjang hingga detik ini.

Persiku memutuskan angkat kaki sebelum Liga Dunhill 1995-1996 bergulir. Problem finansial sempat disebut sebagai biang keladi, tapi alasan ini kurang tepat. 

Penarikan diri Macan Muria lebih berkaitan dengan sponsor kompetisi. Musim 1995-1996 kembali disponsori oleh pabrikan rokok asal Inggris, Dunhill, sedangkan donatur utama Persiku adalah Djarum yang notabene rival dalam industri tersebut. 

Keputusan tersebut tampaknya membawa kesialan mengingat Persiku tak pernah lagi menjejak kasta tertinggi sampai sekarang. Terkini, klub mengalami perubahan manajemen dan bertekad mengejar prestasi secara perlahan dari Liga 3.

Tekad Persiku Kudus ini menjawab keraguan dari suporter yang sempat meradang karena terus-menerus berkutat di kasta terbawah. Mereka berharap klub bisa kembali ke level tertinggi kelak.

“Persiku punya sejarah panjang, pernah bermain di Liga Dunhill. Tidak sembarang klub bisa sampai di level itu. Kami ingin Persiku ikut kompetisi. Tidak hanya berdiam diri,” kata Ketua Umum Suporter Macan Muria (SMM), Mochammad Ilham Akbar, seperti dilansir RRI.