Liga Spanyol

Bakal Dipecat, Ini 3 Masalah Kronis yang Gagal Diselesaikan Ronald Koeman di Barcelona

Jumat, 24 September 2021 18:40 WIB
Editor: Subhan Wirawan
© Michael Regan - UEFA/UEFA via Getty Images
Gerard Pique tertunduk lesu usai Barcelona dibobol Bayern Munchen dalam laga perempatfinal Liga Champions 2019/20, Sabtu (15/08/20) dini hari. Copyright: © Michael Regan - UEFA/UEFA via Getty Images
Gerard Pique tertunduk lesu usai Barcelona dibobol Bayern Munchen dalam laga perempatfinal Liga Champions 2019/20, Sabtu (15/08/20) dini hari.
Perbaiki Pertahanan

Selain mental pemain, Ronald Koeman juga gagal menambal lini pertahanan Barcelona yang sejak dua musim lalu cukup rapuh.

Saat masih di era Pep Guardiola dan Luis Enrique (dua pelatih yang dianggap paling sukses menangani Barcelona pada abad 20), pertahanan El Barca dikawal oleh bek tangguh sekelas Carles Puyol hingga Gerard Pique.

Keduanya secara silih berganti mampu jadi tumpuan lini belakang Barcelona selama kurang lebih 10 musim, hingga membantu tim memenangkan berbagai gelar juara prestisius.

Namun setelah pensiunnya Carles Puyol dan semakin menuanya Gerard Pique, belum ada pemain yang bisa menjadi andalan Barcelona di jantung pertahanan meski klub sudah habiskan banyak uang untuk mendatangkan bek baru.

Teranyar di musim 21/22, Barcelona memboyong Eric García dari Manchester City, namun tetap saja El Barca sulit raih clean sheets.

Gaya Bermain
Terakhir adalah masalah gaya main Barcelona yang seolah hilang saat dilatih Ronald Koeman.

Seperti diketahui, bahwa Barcelona sangat identik dengan permainan umpan-umpan pendek atau yang lebih dikenal tiki-taka.

Taktik yang sangat mirip dengan gaya main totaalvoetbal Belanda, hanya saja tiki-taka menggunakan semua pemain di lapangan untuk ciptakan ruang serta mencegah lawan melakukan pressing.

Gaya main tiki-taka ini yang awalnya dipopulerkan Johan Cruyff ini terus dikembangkan oleh pelatih El Barca selanjutnya mulai dari Louis van Gaal, Frank Rijkaard hingga Josep Guardiola.

Sederet prestasi pun berhasil diraih para pelatih tersebut dengan gaya bermain ini. Namun sayang, taktik tiki-taka perlahan pudar sejak beberapa musim lalu lantaran pelatih yang menangani Barcelona merasa kurang cocok dengan gaya main itu.

Puncaknya saat di era Ronald Koeman, rencana menghilangkan tiki-taka khas Blaugrana juga kembali terjadi dan bahkan diakui sendiri oleh sang pelatih.

Meski basic formasi Ronald Koeman adalah 4-3-3, serupa dengan tim juara besutan Pep Guardiola dan Luis Enrique, namun pelatih asal Belanda itu enggan memainkan ball possession dan lebih banyak direct attack ke pertahanan lawan.

Sayang, niatan Ronald Koeman merubah gaya main Barcelona yang sudah paten sejak era Johan Cruyff tampaknya belum bisa berbuah manis.

Terbukti sepanjang musim 21/22, Barcelona baru raih dua kemenangan dari enam pertandingan di semua ajang.