In-depth

Conor Gallagher: Pewaris Sejati Lampard di Lini Tengah Chelsea Musim Depan

Selasa, 28 September 2021 21:54 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
 Copyright:
Gallagher Lebih Mirip Lampard ketimbang Mason Mount

Sebagaimana diketahui, Lampard adalah salah satu gelandang Box to Box terbaik di dunia semasa bermain dengan Output yang luar biasa.

Banyak gol dan assist tercipta dari seorang Lampard kala bermain. Hal ini membuatnya pun menjadi salah satu gelandang tersubur di dunia.

Bagi pendukung Chelsea, figur Lampard pun diyakini akan menurun pada sosok Mason Mount. Tapi faktanya selama dua musim terakhir, pemain berusia 22 tahun ini belum menunjukkan permainannya yang mirip sosok legenda tersebut.

Pasalnya, Mount lebih banyak beroperasi di lini serang, bahkan saat ia dilatih oleh Lampard sendiri. Sehingga, kendati ia mengaku lebih nyaman sebagai gelandang Box to Box, tetap saja ia terus dimainkan di sektor penyerangan bersama Thomas Tuchel.

Mesk Mount bisa dikatakan sejauh ini gagal sebagai pewaris Lampard, nyatanya fans Chelsea tak perlu panik dengan hal tersebut seiring apiknya penampilan Conor Gallagher.

Bukti apiknya Conor Gallagher sebagai gelandang Box to Box dan benar-benar identik dengan Lampard terlihat dari gaya bermainnya.

Untuk stamina, Gallagher memiliki kekuatan stamina yang sama baik dengan Lampard sehingga tak segan menjalani fungsi saat menyerang dan bertahan dan terus memenuhi area di setiap sudut lapangan.

Lalu saat menyerang, dalam 5 pekan Liga Inggris 2021/22 ini, Gallagher menjadi salah satu gelandang tersubur dengan torehan dua gol dan satu assist.

Uniknya, dua gol itu ia buat dari nilai 2,34 xG (Expected Goals)yang membuatnya berada di 8 besar pemain dengan Non-Penalty xG (NPxG) tertinggi di Liga Inggris bersama nama-nama seperti Sadio Mane, Cristiano Ronaldo, Mohamed Salah dan Romelu Lukaku.

Lalu dalam bertahan, Gallagher juga terbilang aktif di mana ia memberikan 55 kali tekanan di sepertiga lapangan tengah dan 21 tekanan di area lawan.  Dengan kata lain, ia benar-benar bertugas mengganggu permainan lawan dari belakang serta merusak Build Up serangan lawan.

Apa yang diciptakan Gallagher sejauh ini adalah karena kebebasan yang diberikan Patrick Vieira kepadanya di mana ia diposisikan sebagai pemain bernomor 8, posisi yang saat ini perlahan hilang dari Chelsea seiring penggunaan Double Pivot oleh Tuchel.

Saat pramusim Chelsea, Gallagher ditempatkan sebagai pemain di posisi Double Pivot. Sehingga penampilannya tak begitu terlihat seperti saat membela Crystal Palace saat ini.

Namun, dengan sinyal positif yang diberikan Crystal Palace sejauh ini, Thomas Tuchel nampaknya akan memanfaatkan Gallagher musim depan saat ia mengubah formasi 3-4-2-1 andalannya menjadi 4-3-3 atau 4-2-3-1.

Jika tak percaya, tontonlah laga Crystal Palace di mana Gallagher menjadi starter. Ia akan menjadi orang yang paling sibuk dalam menyerang dan bertahan sehingga membuat The Eagles leluasa memainkan permainannya sendiri.

Akankah Gallagher bisa konsisten terhadap penampilannya dan benar-benar meneruskan jejak Frank Lampard di Chelsea kelak?