In-depth

Momen Timnas Indonesia Bertemu Malaysia di Piala AFF 2010: Tertawa di Awal, Mewek di Akhir

Jumat, 17 Desember 2021 16:58 WIB
Editor: Juni Adi
© affsuzukicup.com
Gol Safee Sali ke gawang Timnas Indonesia di final Piala AFF 2010. Copyright: © affsuzukicup.com
Gol Safee Sali ke gawang Timnas Indonesia di final Piala AFF 2010.
Perjalanan Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 Melawan Malaysia

Mendiang mantan pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, pernah menyebut skuad Timnas Indonesia terbaik yang pernah ia asuh adalah tim untuk Piala AFF 2010.

Pria asal Austria itu tidak asal ucap, karena pada saat itu Timnas Indonesia sedang hebat-hebatnya. Skuad Garuda mempunyai segalanya untul bisa meraih gelar. Komposisi pemain sangat komplet, nyaris tidak ada ketimpangan antara pemain inti dan cadangan.

Mulai dari lini belakang, sektor penjaga gawang diisi oleh tiga kiper hebat yaitu Markus Haris Maulana, Ferry Rotinsulu, serta Kurnia Meiga.

Ferry menjadi pelapis sempurna, sedangkan Meiga meski usianya masih muda namun kualitasnya patut diacungi jempol usai membawa Arema Indonesia juara Liga Indonesia musim 2009-2010.

Di lini belakang, Indonesia memiliki Maman Abdurahman serta Hamka Hamzah. Duet bek tengah itu bisa saling melengkapi. Hamka jago dalam duel-duel di udara, Maman tangguh dalam duel satu lawan satu. Jika salah satunya absen, Riedl masih memiliki M. 

Robby di bangku cadangan. Kekuatan lini belakang timnas Indonesia tak berhenti sampai di situ. Di sektor full-back, Indonesia mempunyai duet full-back bertenaga kuda, M Nasuha dan Zulkifli Syukur yang mampu bertahan dan menyerang dengan sama baiknya.

Di lini tengah, duet Firman Utina dan Ahmad Bustomi adalah wujud dari dominasi. Saat bertahan Bustomi memainkan perannya. Ia lugas, tak segan melakukan tekel, tapi juga pintar dalam membaca permainan.

Sedangkan saat menyerang, Firman Utina yang melakukannya, ia merupakan seorang pengatur tempo permainan yang nyaris tiada duanya.

Lewat akurasi umpan yang dimilikinya, ia tahu betul kapan Indonesia harus melakukan build-up serangan cepat maupun serangan lambat.

Perjalanan Timnas Indonesia

Di lini depan, Indonesia mengandalkan Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Reputasi Gonzales tidak dapat diragukan. 

Pemain naturalisasi pertama yang memperkuat Timnas Indonesia itu adalah penyerang tersubur di liga domestik, dengan pernah menjadi top skor empat musim: 2005, 2006, 2007-2008, dan 2008-2009.

Riedl lantas membungkus pemain-pemain terbaik Indonesia itu dengan formasi 4-4-2. Ia menerapkan kedisplinan ala Fabio Capello serta fleksibilitas ala Arrigo Sacchi.
 
Timnas Indonesia mengawali turnamen di Grup A dengan spektakuler, yaitu dengan menghancurkan Malaysia 5-1. Ketika menghadapi Laos di laga kedua, Timnas Indonesia kembali menang besar 6-0.

Babak penyisihan akhirnya diselesaikan Timnas Indonesia dengan nilai sempurna yaitu sembilan poin lewat kemenangan 2-1 atas Thailand.

Di semifinal, Timnas Indonesia berjumpa Filipina. Pada saat itu, The Azkals -julukannya- adalah kuda hitam. Tim besutan Simon McMenemy itu tidak terduga bisa lolos empat besar dengan pemain naturalisasinya.

Dalam duel sengit melawan Filipina, Timnas Indonesia menang1-0 baik kandang maupun tandang lewat gol yang dicetak Cristian Gonzales.

Kesuksesan lolos ke babak final membuat suporter Timnas Indonesia begitu bergairah. Terlebih, Timnas Indonesia belum pernah jadi juara dan gagal lolos ke final dalam dua edisi sebelumnya.

Di partai puncak, Skuad Garuda asuhan Alfred Riedl kembali bertemu Malaysia. Kepercayaan diri para pemain Timnas Indonesia membumbung tinggi untuk kembali membungkam Harimau Malaysia seperti pertandingan awal turnamen.

Pertandingan dimainkan dalam dua laga. Leg pertama digelar di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Setelah bermain imbang tanpa gol di babak pertama, Timnas Indonesia kebobolan tiga kali oleh Malaysia di babak kedua hanya dalam 12 menit lewat gol yang dicetak Safee Sali (dua gol) dan Ashaari Shamsuddin.

Kekalahan 0-3 di leg pertama sulit dikembalikan oleh Timnas Indonesia. Skuat Merah-Putih hanya menang 2-1 sehingga kalah 2-4 dalam agregat.

Sementara itu, epilog Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 dapat dilihat dari kegagalan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan yang dengungnya bahkan masih terasa sampai sekarang. 

Kegagalan itu sudah terjadi sekitar 11 tahun lalu, tapi rasa sakitnya tak akan pernah hilang. Bagaimanapun, salah satu timnas terbaik yang pernah dimiliki Indonesia itu tak pantas untuk gagal.