Sepak Terjang 4 Pelatih Asing di Grup B Piala AFF U-23, Siapa Unggul?

Shin Tae-yong (Indonesia)
Nama yang tentunya sudah familier di telinga pencinta sepak bola Tanah Air. Pria asal Korea Selatan ini mulai membesut Timnas Indonesia sejak 2020 setelah dihibungi melalui KFA oleh PSSI pada tahun 2019.
Sudah berpengalaman menangani banyak klub di negara asalnya, Shin Tae-yong pernah membawa anak-anak asuhnya menjuarai berbagai turnamen dan kompetisi.
Di level timnas, ia sempat mengantarkan Korea Selatan U-23 ke final Piala Asia 2013. Yang teranyar, ia sukses menjadikan Indonesia finalis Piala AFF 2020 sebelum ditekuk Thailand di partai puncak pada Desmber-Januari lalu.
Brad Maloney (Malaysia)
Beranjak ke pelatih Timnas Malaysia U-23 yang berasal dari Australia, Brad Maloney. Semasa muda, ia dahulu juga berprofesi sebagai pesepak bola dengan posisi gelandang.
Namun jika bicara soal karier kepalatihan, sosok berusia 50 tahun ini praktis hanya membesut Malaysia saja sejauh ini. Beranjak dari asisten timnas senior, ia didapuk menangani kelompok usia U-19 lalu U-23.
Selama berkarier sebagai tangan kanan pelatih Malaysia, ia sudah belajar banyak dari para seniornya, termasuk Tang Cheng Hoe.
Kini bersama U-23, Brad Maloney meraih hasil positif dengan lolos ke Piala Asia U-23 2022 sebagai juara grup di fase kualifikasi.
Velizar Popov (Myanmar)
Berasal dari Bulgaria dan sudah mengantongi lisensi Pro UEFA. Sepanjang sejarah kepelatihannya, ia juga sudah berpengalaman menangani beberapa tim dari Asia meski dengan durasi yang rata-rata tidak terlalu lama.
Myanmar U-23 yang dibesutnya sempat sukses menginjakkan kaki di semifinal SEA Games 2019, tapi langkah mereka dipatahkan oleh Indonesia.
Alhasil, Aung Kaung Mann dkk hanya bisa menggondol medali perunggu usai menumpas Kamboja di perebutan tempat ketiga. Namun sayang, Velizar Popov belum bisa membawa Myanmar U-23 lolos kualifikasi Piala Asia 2022.
Michael Weiss (Laos)
Pelatih sepak bola asal Jerman yang baru saja direkrut untuk menangani Timnas Laos senior dan U-23. Sebagai juru taktik, ia sudah membawa cukup banyak kemajuan bagi tim-tim yang pernah dibesutnya.
Sebelum ini, ia pernah mengantar Filipina meraih ranking dunia tertinggi mereka pada 2012 (127), yang kemudian dipecahkan oleh Thomas Dooley (124).
Selain itu, ia juga membantu revolusi sepak bola Mongolia menjadi lebih modern. Akankah kali ini ia juga bersama Laos?