Kemenangan Milan Diwarnai Ricuh Ibrahimovic dengan Joao Pedro, Paolo Maldini Sampai Berkorban
Kejadian ini berawal ketika kiper AC Milan, Mike Maignan mendapatkan ujaran rasisme dari para pendukung Cagliari di belakang gawang AC Milan.
Mike Maignan yang akan meninggalkan lapangan diteriaki oleh suporter dan bahkan ada yang melempar botol ke arahnya.
Mantan kiper Lille itu lalu menempelkan jari ke telinganya dan mengarahkan ke arah tribun. Hal ini membuat suporter Cagliari makin panas dan agresif.
Fikayo Tomori yang melihat rekannya mendapat perlakuan rasisme, mencoba mendatangi dan menenangkan. Namun mantan pemain Chelsea itu malah ikut jadi korban pelecehan.
Beberapa pemain Cagliari lalu berlari ke arah Tomori dan Maignan untuk menghentikan aksi mereka karena dianggap membuat suporter marah, dan akhirnya pertikaian tak terelakan.
Ricuh terjadi setelah Maignan dan Tomori adu argumen dengan pemain-pemain Cagliari termasuk kapten mereka Joao Pedro.
Melihat Maignan dan Tomori terpojok, rekan-rekannya di AC Milan mencoba membela. Zlatan Ibrahimovic berdiri paling depan untuk mencoba menenangkan situasi.
Paolo Maldini yang sebelumnya berada di tribun penonton, akhirnya ikut campur tangan untuk melerai semua pemainnya yang terlibat pertengkaran.
😡 Things got heated after the full-time whistle, with allegations that Cagliari fans racially abused Tomori after the full-time whistle.
— SempreMilan (@SempreMilanCom) March 19, 2022
📹 @notgiorgia2pic.twitter.com/HD5CiIPwYG
Namun dilansir dari Sky Sport Italia, pertengkaran kemudian memburuk antara Zlatan Ibrahimovic dan Joao Pedro, yang terus saling menghina bahkan masuk ke dalam terowongan.
Suasana yang panas kemudian relatif terkendali setelah pemain dari Cagliari, Kieta Balde menenangkan rekan dan pemain AC Milan.
Sayangnya, ini bukan pertama kali ultras Cagliari berulah atas pelecehan rasis, karena ada beberapa insiden yang sama beberapa tahun sebelumnya.
Ultras Cagliari juga pernah kedapatan striker Juventus Moise Kean dan penyerang Inter Milan Romelu Lukaku musim lalu.
Setelah insiden itu, Presiden Cagliari, Tommaso Giulini memberlakukan larangan seumur hidup terhadap tiga pendukung yang telah diidentifikasi.