Besaran gaji pun disinyalir jadi faktor utama buntunya pembicaraan antara pihak Paulo Dybala dengan Juventus.

Selain itu, faktor cedera sang pemain yang kambuh-kambuhan nampaknya juga memegang peran penting di balik berkhirnya kisah Dybala bersama klub Italia ini.

Namun jika harus menarik benang merah ke belakang, seperti apa kronologi pemain asal Argentina ini sampai akhirnya harus angkat kaki dari Turin?

Pada 2019, nama Dybala sempat muncul di daftar pelepasan pemain sebagai ‘tumbal’ mendatangkan Romelu Lukaku dari Manchester United lewat jalur barter.

Hanya saja, pada waktu itu Dybala kekeh ingin tetap tinggal di Turin, sampai-sampai mengabaikan potensi transfer ke Manchester United atau Tottenham Hotspur.

Keputusannya pun membuahkan hasil manis usai ia berhasil membantu Juventus meraih titel pada 2019-2020 di bawah asuhan Maurizio Sarri.

Dybala adalah salah satu pemain kunci di skuat Si Nyonya Tua saat itu. Predikat suksesor Cristiano Ronaldo pun nampak makin jelas di depan mata.

Namun situasi sedikit berubah ketika Juventus mendatangkan Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot, yang mengantongi bayaran setara Dybala meski berstatus pemain baru.

Bukan hanya itu. Matthijs de Ligt bahkan mendapat nominal yang lebih, hingga membuat kubu Dybala ‘kepanasan’ dan mendorong klub membuat kesepakatan baru untuk La Joya.

Namun di tengah situasi yang makin pelik di Juventus, Dybala, dengan rasa cintanya yang besar untuk klub ini, tetap tinggal.

Hingga akhirnya di penghujung tahun 2021 ia menyetujui kesepakatan baru bernilai 11 juta euro untuk kontraknya yang bakal kedaluwarsa pada musim panas 2022, seperti yang diwartakan laman Football Italia.