"Secara kualitas, semua pemain sama. Tidak ada pemain yang bagus atau jelek di dalam tim. Itulah kenapa di sini tidak ada (istilah) pemain inti atau pelapis," tambah pelatih kharismatik berusia 51 tahun itu.

Tidak ketinggalan Shin Tae-yong juga menambahkan jika ia ingin fans timnas Indonesia menjadi suporter yang tidak lupa pada tugas aslinya, yakni memberi dukungan.

Kesal terhadap performa seorang pemain memang sudah jadi resiko dan memberikan perundungan di media sosial sebagai bentuk reaksi jelas langkah yang salah.

Apalagi Razzaa Fachrezi masih merupakan pemain belia yang mentalnya masih jauh dari kata stabil sehingga wajar apabila bermain buruk akibat tekanan.

"Terkaiy bully (di dunia maya) mungkin (terjadi) karena masyarakat Indonesia sangat cinta dengan sepak bola. Lebih baik memberikan dukungan maksimal daripada ejekan," pungkas Shin Tae-yong kemudian.

Razzaa sendiri sepertinya sadar jika kini ia sedang dalam sorotan negatif dan pemilik nama panjang Teuku Razzaa Fachrezi Aziz itu tidak memungkiri jika ia memang kurang maksimal.

Bermain di kompetisi bergengsi macam Piala AFF U-19 2022 membuatnya grogi apalai ada jutaan pasang mata yang memperhatikan permainannya secara langsung maupun layar kaca.

"Mungkin saya kurang tenang, ya. Saya mendapatkan banyak pengalaman kali ini, ini juga merupakan debut saya di timnas," kata Razzaa Fachrezi usai pertandingan kontra Brunei Darussalam.

"Mungkin saya masih dalam proses (perkembangan). Semoga saya bisa membuktikan yang lebih baik lagi. (Ejekan) itu menjadi motivasi," imbuh pemain nomor 20 itu lagi.

Razzaa Fachrezi masih punya cukup kesempatan untuk merebut lagi kepercayaan fans timnas Indonesia dan Shin Tae-yong. Piala AFF U-19 2022 masih tersisa tiga pertandingan lagi belum termasuk babak gugur (knock out).