FOOTBALL265.COM - Jawara Liga 2 selalu sukses mendapat hasil bagus pada musim perdana di kasta teratas Liga Indonesia. Kesuksesan ini menjadi tantangan bagi Persis Solo untuk melanjutkannya pada kompetisi Liga 1 2022-2023.
Era Liga 1 dan Liga 2 dimulai pada musim 2017 lalu, setelah Indonesia lepas dari sanksi FIFA. Sejak era itu dimulai, ada keberhasilan rutin yang kemudian disebut sebagai tradisi.
Salah satu tradisi itu adalah kesuksesan jawara Liga 2 pada musim perdana di Liga 1. Tradisi ini diawali keberhasilan jawara Liga 2 2017, Persebaya Surabaya, menembus posisi lima besar pada Liga 1 2018.
Tradisi berlanjut ketika jawara Liga 2 2018, PSS Sleman, tampil di Liga 1 2019. Dengan skuat yang dianggap biasa-biasa saja, PSS malah mengakhiri musim di peringkat delapan. PSS ada di atas Persija Jakarta dan Arema FC.
Keberhasilan ini diteruskan jawara Liga 2 2019, Persik Kediri, saat mengikuti Liga 1 2021-2022. Awalnya, banyak yang memprediksi Persik akan terdegradasi.
Mereka ada di peringkat 15 atau setingkat di atas zona degradasi pada akhir seri kedua. Situasi berubah pada seri kedua atau setelah pelatih Javier Roca dan "king" Arthur Irawan datang. Persik mulai naik dan sempat masuk sepuluh besar.
Sayangnya, kegagalan meraih kemenangan dalam lima partai terakhir membuat Persik mengakhiri musim di peringkat sebelas. Namun, peringkat itu dinilai sebagai sebuah keberhasilan besar.
Pada musim 2022-2023, giliran Persis Solo yang mendapat tantangan untuk melanjutkan tradisi ini. Jawara Liga 2 2021 ini punya materi pemain yang memungkinkan untuk tradisi bisa berlanjut.
Kegagalan meraih prestasi di Piala Presiden 2022 bisa dijadikan cambuk agar Persis Solo lebih ganas di Liga 1.
Dengan dukungan penuh suporter setianya yang terkenal militan, banyak pihak meyakini Persis Solo bisa mendapat prestasi.