Mengenal Nugroho Setiawan, Satu-satunya Orang Indonesia Ahli Keamanan Pertandingan Berlisensi FIFA
Dalam beberapa hari belakangan, nama Nugroho Setiawan menjadi perbincangan hangat di media sosial di kalangan publik Indonesia.
Ia adalah satu-satunya orang di Indonesia sebagai ahli di bidang keamanan pertandingan sepak bola atau security officer yang sudah berlisensi FIFA dan AFC.
Karena latar belakangnya itu, membuat Pak Nug -biasa disapa- menjadi orang yang dinilai tepatt, untuk menjadi narasumber dan memberikan tanggapannya atas kejadian tragedi maut di Stadion Kanjuruhan ini.
Sebagaimana dikutip Football265.com dari situs resmi PSSI, debut Nugroho Setiawan di dunia keamanan olahraga khususnya sepak bola terjadi kala ia dipercaya menjadi 'security officer' Pelita Jaya tahun 2008.
Saat itu, Pelita Jaya jadi satu-satunya klub di Liga Super Indonesia (LSI) yang resmi memiliki ‘security officer’.
Setelah satu tahun di Pelita Jaya, Nugroho Setiawan kemudian bergabung dengan pengelola kompetisi liga sebagai konsultan.
Dalam prosesnya, Nugroho Setiawan biasanya dilibatkan dalam pertandingan seremonial dan pertandingan berstatus 'high risk'.
Selain itu, ia juga pernah menjabat Kepala Departemen Infrastruktur, Keamanan, dan Keselamatan PSSI.
Nugroho Setiawan juga memiliki pengalaman di Pertandingan-pertandingan timnas Indonesia, Asian Games 2018, Piala AFC U-16 dan U-19, serta masuk tim inti bidding dan persiapan Piala Dunia U-20 untuk Indonesia.
Tak hanya dilibatkan sebagai security officer pertandingan sepak bola, Pak Nug juga pernah jadi konsultan ahli manajemen pengamana di beberapa perusahaan besar, di antaranya PLN hingga Sucofindo.
Karena keahliannya itu, ia menyebut keamanan pertandingan sepak bola di Indonesia ternyata masih jauh dari seharusnya.
Sehingga sepak bola Indonesia masih belum bisa jadi rekreasi dan hiburan bagi keluarga, lantaran stadion masih sangat bahaya untuk dikunjungi wanita dan anak-anak.
“Sepak bola ini stakeholder-nya banyak. Mulai panitia penyelenggara, media, suporter, hingga aparat kepolisian. Semua harus benar-benar komitmen mengenai masalah keamanan,” kata Nugroho dalam wawancara dengan PSSI pada April 2018.
“Menyepelekan satu hal kecil tentang keamanan bisa berarti membuka celah untuk sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dalam sebuah pertandingan,” lanjutnya.
Sedangkan untuk peristiwa tragedi di Stadion Kanjuruhan, pria lulusan sastra Rusia di Universitas Indonesia ini hanya bisa berkomentar secara normatif, karena tidak ada di tempat kejadian.
“Poin yang kesatu adalah kesamaan persepsi pengamanan di antara semua stakeholder. Yang kedua adalah kondisi infrastruktur, ini harus dilakukan assessment. Yang ketiga adalah supporter behaviour itu sendiri yang harus kita engineering,” kata Nugroho.
“Ketiga aspek ini harus tersinkronisasi, dan ketika kita melakukan penilaian risiko atau risk assessment, kita akan menghasilkan sebuah rencana pengamanan yang disetujui bersama, jadi suatu agreed behaviour and procedure,” lanjutnya.
Nugroho Setiawan menduga ketiga hal itu tidak terjadi sinkronisasi di Stadion Kanjuruhan, sehingga tidak ada kesamaan persepsi antara aparat di lapangan dengan suporter.
Saat ini Nugroho Setiawan masuk dalam jajaran FIFA Hygiene Officer sebagai security officer AFC, dan juga pernah jadi pengajar sertifikasi untuk manajer keamanan.