Disorot Karena Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Resmi Copot Kapolda Jawa Timur
Sejumlah suporter Arema FC turun ke lapangan yang disambut tindakan represif dari aparat keamanan. Situasi yang semakin tak terkendali membuat polisi menembakkan gas air mata.
Kepanikan pun terjadi karena gas air mata diarahkan ke arah tribun sehingga menyebabkan suporter berdesak-desakkan menuju pintu keluar hingga banyak yang meninggal.
Di awal Tragedi Kanjuruhan, Nico Afinta menyatakan bahwa penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur. Menurut dia, gas air mata ditembakkan karena massa mulai bersikap anarkistis.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," kata Nico dalam keterangan resminya di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Sementara regulasi FIFA jelas-jelas melarang penggunaan gas air mata untuk membubarkan suporter sepak bola di stadion.
Aturan ini tercantum dalam FIFA stadium safety and security regulation. Di pasal 19, poin b, disebutkan tidak diperbolehkan menggunakan senjata api atau gas pengendali masa.
Tak sampai di situ, Nico Afinto juga jadi sorotan terkait pernyataannya yang menyudutkan suporter Arema. Dia mengklaim suporter tidak puas dengan hasil itu lalu turun dari tribun menuju lapangan.
“Masalah terjadi usai pertandingan. Mereka kecewa kalah di kandang sendiri, sebelumnya selama 23 tahun tak pernah kalah," ujar dia.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," ujar dia.
Pernyataan itu pun disambut dengan gelombang protes dari netizen. Sejumlah masyarakat pun tak segan meminta Nico mundur dari jabatannya.