Liga Indonesia

Liga 1 Lanjut Akhir November, Persis Solo: Fokus Poin Evaluasi Presiden Jokowi!

Jumat, 14 Oktober 2022 10:35 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Prio Hari Kristanto
© Nofik Lukman Hakim/INDOSPORT
Selebrasi gol yang dicetak Irfan Jauhari. Foto: Nofik Lukman Hakim/INDOSPORT Copyright: © Nofik Lukman Hakim/INDOSPORT
Selebrasi gol yang dicetak Irfan Jauhari. Foto: Nofik Lukman Hakim/INDOSPORT
Tuntutan Persis Solo

PSSI bersama FIFA, AFC dan pemerintah sudah melakukan pertemuan pertama di Jakarta. Pertemuan lanjutan akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 17 Oktober 2022.

Kemudian, pada 18 Oktober 2022, Presiden FIFA, Gianni Infantino, akan mengunjungi Indonesia. Gianni akan bertemu langsung dengan Presiden Jokowi di Jakarta.

Persis Solo meyakini bahwa kompetisi Liga 1 dengan sendirinya akan berjalan ketika evaluasi atas Tragedi Kanjuruhan sudah dilakukan. Perbaikan sepak bola secara menyeluruh lebih penting untuk saat ini.

"Saya rasa ketika poin-poin itu sudah dipenuhi dan dievaluasi secara menyeluruh dari insiden Kanjuruhan, saya rasa itu baru momentum paling tepat buat kita kembali," papar Bryan.

Persis Solo sendiri sudah mengeluarkan sikap atas Tragedi Kanjuruhan. Persis Solo ingin tuntutan-tuntutan tersebut lebih dahulu dipenuhi sebelum Liga 1 digulirkan lagi.

Pertama, Persis Solo mendesak adanya forum lintas klub, panpel, dan aparat berwenang yang diinisiasi oleh operator liga dan federasi, untuk membahas reformasi standar operasional keamanan di dalam dan di luar stadion.

Kedua, adanya pihak yang harus bertanggung jawab atas insiden di Kanjuruhan, serta diproses hukum secara transparan dan seadil-adilnya.

Ketiga, Persis Solo juga ingin peniadaan jam kick-off Liga 1 yang terlalu malam, agar meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Federasi, operator, dan official broadcast harus mempertimbangkan rekomendasi dari klub yang berkoordinasi dengan panitia pelaksana dan aparat setempat.

Keempat, Persis Solo menginginkan reformasi sistematik di dalam kepengurusan ekosistem sepak bola Indonesia sebagai bentuk respons atas insiden yang terjadi di Kanjuruhan, sekaligus bertujuan untuk melakukan evaluasi menyeluruh demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik.