Liga Indonesia

Bukan Solusi, Persis Solo Kritisi Opsi Lanjutan Liga 1 Pakai Sistem Bubble

Minggu, 13 November 2022 10:55 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Indra Citra Sena
© Media Persis Solo
Para pemain Persis Solo merayakan gol Fernando Rodriguez ke gawang Johor Darul Takzim. Copyright: © Media Persis Solo
Para pemain Persis Solo merayakan gol Fernando Rodriguez ke gawang Johor Darul Takzim.
Pelajaran Berharga

Rasiman sendiri cukup senang bahwa suporter Persis Solo selama ini tak pernah turun ke lapangan. Padahal, mereka pernah merasakan kekalahan di kandang.

Suporter Persis Solo hanya menggelar demo beberapa hari setelah laga. Menurut Rasiman, hal itu lebih baik dan demokratis ketimbang turun ke lapangan setelah pertandingan.

"Pelajaran buat Solo juga untuk ke depannya bahwa suporter kami tahu, ketika melakukan kesalahan, klub akan mendapat hukuman. Kebiasaan ini membuat semua orang harus hati-hati," ucap Rasiman.

"Mudah-mudahan semua pihak belajar. Jangan sampai kita abuse dengan rule of the game. Kalau memang penonton tidak boleh masuk lapangan ya jangan masuk. Kalau prosedur pengalaman sebuah pertandingan harus ABC ya harus ABC, jangan ada D," lanjut Rasiman.

Maka, sikap Rasiman sama seperti para petinggi Persis Solo. Rasiman ingin lanjutan kompetisi Liga 1 tetap digelar dengan penonton, serta sanksi untuk Arema FC tetap berjalan.

Kelanjutan Liga 1 2022-2023 nanti harus menjadi pembelajaran, bukan saja untuk klub, melainkan juga suporter dan pihak keamanan.

"Jangan hanya klub saja yang diminta belajar. Masuk lapangan telat satu menit saja dendanya banyak banget. Semua pihak harus belajar, suporter, pengamanan, penyelenggara pertandingan harus belajar untuk menjalankan rule of the game," harap Rasiman.

Persis Solo sendiri tak sekadar berbenah secara internal. Mereka turut belajar dari klub elite Johor Darul Takzim (JDT) soal penyelenggaraan pertandingan dalam kunjungan ke Malaysia, 9-18 November.