Piala Dunia 2022

Piala Dunia 2022: Bruno Fernandes Tak Senang dengan Situasi di Qatar

Selasa, 15 November 2022 03:30 WIB
Penulis: Lukman Hadi Subroto | Editor: Deodatus Kresna Murti Bayu Aji
© REUTERS/Naseem Zeitoun
Ilustrasi Piala Dunia 2022 di Qatar. REUTERS/Naseem Zeitoun Copyright: © REUTERS/Naseem Zeitoun
Ilustrasi Piala Dunia 2022 di Qatar. REUTERS/Naseem Zeitoun
Piala Dunia yang buruk

"Ini bukan saatnya kami ingin bermain di Piala Dunia. Saya pikir untuk semua orang, pemain dan penggemar, ini bukan waktu terbaik. Anak-anak akan berada di sekolah, orang-orang akan bekerja dan waktunya bukan yang terbaik bagi orang untuk menonton pertandingan," kata eks pemain Sporting Lisbon.

Bruno Fernandes juga ingin sepak bola untuk semua orang. Semua orang seharusnya dilibatkan dan terlibat dalam Piala Dunia karena itu adalah dunianya.

Ia merasa Piala Dunia kali ini lebih dari sekedar sepak bola. ini adalah pesta untuk para penggemar sepak bola dan juga dilakukan dengan cara yang lebih baik.

Rekain setim Bruno Fernandes di Mancheter United asal Denmark, Christian Eriksen mengatakan ia percaya perubahan harus datang dari tempat lain daripada pemain.

Denmark sendiri akan mengenakan kemeja "kencang" untuk Piala Dunia sebagai bentuk protes terhadap tuan rumah Qatar terkait kasus meninggalnya ribuan pekerja migran.

Mantan pemain Tottenham Hotspurs tersebut minilai bahwa banyak fakta yang sudah ditulis dan bagaimana kasus tersebut terjadi. Ia dengan tegas tak setuju meninggalnya pekerja migran diabaikan begitu saja.

Selain itu, banyak pekerja migran yang belum mendapatkan haknya sebagai upah atas pekerjaan yang mereka lakukan selama berada di Qatar. Mereka dilaporkan tidak menerima upah.

Hal itu direspon Qatar dengan mendeportasi para pekerja migran yang memprotes tentang gajinya yang tidak dibayar ketika negara tersebut bersiap untuk Piala Dunia 2022.

Pemerintah Qatar mengatakan para pekerja migran yang dideportasi dianggap telah melanggar undang-undang keamanan. Hal itu merupakan ujung dari unjuk rasa yang dilakukan di depan Perusahaan Al Bandary International Group.

Hal ini kemudian memicu protes dan kritik dari berbagai pihak di seluruh penjuru dunia. Qatar dianggap telah gagal memenuhi hak-hak para pekerja selama pembangunan stadion Piala Dunia.

Sumber: BBC