Piala Dunia 2022

Duh! Kru TV Denmark Jadi Korban Ancaman Kekerasan Penyelenggara Piala Dunia 2022

Kamis, 17 November 2022 15:55 WIB
Penulis: Lukman Hadi Subroto | Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© REUTERS
Foto launching logo terbaru untuk turnamen sepak bola terbesar di dunia, Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar. Copyright: © REUTERS
Foto launching logo terbaru untuk turnamen sepak bola terbesar di dunia, Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar.
Menuai Kecaman

Isu LGBT sempat menyeruak karena Qatar tidak bisa menerima perilaku tersebut. Bahkan Qatar memiliki undang-undang yang akan menghukum para pelaku homoseksual di negaranya.

Selain itu, perilaku di tempat publik di Qatar juga terdapat pembatasan. Negara tersebut melarang penggunaan minuman keras di area publik hingga perbuatan intim juga dilarang.

Permasalahan hak asasi manusia juga menjadi salah satu yang membuat Qatar dikritik oleh banyak negara. Hal itu disebabkan oleh meninggalnya 6.500 pekerja migran selama pembangunan stadion Piala Dunia.

Federasi sepak bola Denmark menjadi salah satu negara yang melakukan kritik keras terhadap isu meninggalnya para pekerja migran di Qatar. Mereka merasa isu tersebut tak bisa diterima.

Selain itu, para pemain Timnas Denmark juga akan mengenakan jersey pertandingan yang memiliki lencana dan logo produsen sebagai bentuk protes untuk mendukung hak-hak buruh.

Jersey khusus tersebut akan dikenakan oleh timnas Denmark ketika menjalani pertandingan fase grup melawan Prancis, Australia, dan Tunisia. Adapun mereka tergabung di dalam Grup D.

Opsi jersey berwarna hitam pilihan ketiga telah dimasukkan sebagai simbol atau 'warna dari berkabung' untuk para pekerja migran yang telah meninggal di Qatar.

Bahkan federasi Denmark akan menyumbangkan sejumlah uang dari jumlah gol yang dicetak selama Piala Dunia dan kompetisi lokal yang mereka gelar. Hal ini bertujuan untuk membantu para pekerja migran yang tak mendapat haknya selama bekerja di pembangunan stadion di Qatar.

Sementara itu, manajer timnas Norwegia, Stale Solbakken, menuduh FIFA tidak cukup kuat untuk mencegah Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

“Saya pikir pertama-tama FIFA memiliki kegagalan terbesar, mengingat keadaan saat Qatar diberikan turnamen (pada 2010). Itu jelas kesalahan terbesar," kata Solbakken.

Sumber: The Guardian