Piala Dunia 2022: Bela LGBT lalu Keok dari Jepang, Jerman Dihantui Dosa pada Ozil dan Muslim Uyghur?

Tim nasional Jerman dianggap tidak perlu berpikir dua kali untuk mendukung LGBT yang merupakan agenda barat namun justru bergeming saat Mesut Ozil, pahlawan mereka sendiri, dilecehkan hanya karena berdarah Turki.
Tidak adanya sikap yang diambil oleh negara juara empat Piala Dunia itu pada isu-isu kemanusiaan lain seperti penindasan etnis muslim Uyghur di China beberapa waktu lalu juga diungkit.
So denying Ozil his voice when speaking up for Uyghur Muslims in literal concentration camps isn't okay? Nice with the double standards yet again. https://t.co/S8dnuQzcQZ
— 𝐳 #𝟏𝟒 | 𝐦𝐚𝐱 𝟐× 𝐰𝐝𝐜 | 🇧🇷 (@tokkyoszn) November 23, 2022
"Jadi Ozil dan muslim Uyghur yang benar-benar dikekang malah tidak kalian tanggapi? Standar ganda yang luar biasa," tulis salah serorang warganet di Twitter.
Ozil: "I am German when we win but I am an immigrant when we lose"
— NOMAD D. ISLAMIST 🇸🇦🇶🇦🇹🇳🇲🇦🇸🇳🇦🇷 (@nomad_islamist) November 23, 2022
How did this hypocritical German national team react to such racism? They called his claims of facing racism to be nonsense. That's the real Europe. They are all about pretending they have a moral high ground pic.twitter.com/CvGefei1RO
"Bagaimana timnas hipokrit seperti Jerman menanggapi rasisme (pada Ozil)? Dengan mengklaimnya sebagai omong kosong. Itulah Eropa. Mereka selalu merasa jadi yang paling benar," tambah yang lain.
German Football when Ozil spoke out about the racism against him: pic.twitter.com/MFMMezBhKg
— Khizer (@khiz_7) November 23, 2022
Ada pula yang memparodikan gestur terbungkam Jerman sebelum menghadapi Jepang sebagai reaksi pada masalah Ozil yang tidak kalah mendapatkan banyak atensi berupa like dan retweet.
Isu LGBT memang jadi salah satu isu yang paling banyak dibicarakan di Piala Dunia 2022. Bahkan terkadang lebih sering ketimbang sepakbola yang harusnya menjadi fokus.
Banya orang, terutama dari dunia barat, tidak berkenan dengan peraturan Qatar yang menghimbau agar tidak ada atribut LGBT yang dipamerkan di negara mereka meski tidak melarang para penganutnya datang menonton pertandingan.
Sangat disayangkan karena turnamen yang hanya datang empat tahun sekali ini justru dihujani oleh agenda politik yang sepantasnya tidak dicampurkan dengan olahraga manapun.
Diharapkan ke depannya Jerman maupun negara manapun bisa mengatasi problem rasisme dengan baik agar tragedi Mesut Ozil tidak terulang.
Tentunya mereka akan semakin jadi bahan tertawaan andai kekalahan dari Jepang hanya awal dari kesialan besar di Piala Dunia 2022.