Resep Maroko Sukses di Piala Dunia 2022: Kembalinya Hakim Ziyech, Pragmatisme ala Simeone-Ancelotti

Walid Regragui dianggap sebagai Pep Guardiola-nya Maroko. Kebetulan ia juga mengidolai pelatih milik Manchester City tersebut.
Namun di Piala Dunia 2022 ini, Regragui justru tak menunjukkan penampilan bak idolanya tersebut. Malahan, Maroko bermain cenderung pragmatis seperti yang dilakukan Diego Simeone dan Carlo Ancelotti.
Kebetulan Regragui juga mengidolai dua pelatih tim asal Madrid tersebut, Atletico dan Real Madrid. Siapa sangka, Simeone dan Ancelotti memberikan inspirasi baginya sehingga Maroko sukses di Piala Dunia 2022 sejauh ini.
Sebagai bukti, pragmatisnya Maroko di bawah Regragui terlihat dari penguasaan bola, di mana Singa Atlas menjadi tim terendah kedua dengan rataan penguasaan bola terendah, yakni 32,3 persen.
Penguasaan bola rendah ini dibarengi dengan gaya bermain bertahan yang dalam, atau Low Block dibarengi tingginya intensitas Pressing.
Tercatat, Maroko memberikan 573 tekanan dalam bertahan saat menghadapi Spanyol, atau yang tertinggi di Piala Dunia 2022 sejauh ini.
Karena permainan bertahan ini, Maroko hanya mencatatkan kebobolan 1 gol saja dalam 7 laga terakhir bersama Regragui, di mana 1 gol itu datang dari gol bunuh diri kontra Kanada.
Jika dibedah lebih jauh, di Piala Dunia 2022 ini Maroko hanya menghadapi 0,86 tembakan saja ke gawangnya per 90 menit.
Permainan bertahan ini dibarengi dengan permainan efektif, di mana Maroko bermain Direct atau langsung dengan memanfaatkan Fastbreak.
Fastbreak yang dilakukan Maroko pun terbukti efektif, dengan mencatatkan 4 gol dari 30 tembakan atau setara 7,5 tembakan ke gawang untuk menciptakan satu gol.