Liga 1: Kurang Greget di Derby Jatim, Arema FC Masih Trauma Tragedi Kanjuruhan?
Kendati demikian, ada pula asumsi yang menyebut bahwa kurang gregetnya permainan kedua tim lantaran faktor trauma pasca-Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober silam.
Ketika itu, sebagian besar pemain Arema FC dan Persebaya menjadi saksi hidup bagaimana ratusan orang mengalami luka-luka akibat insiden setelah peluit panjang.
Bisa jadi, hal inilah yang berpengaruh kuat terhadap performa memble dari kedua tim dengan suporter yang terkenal militan di Jatim itu.
Namun, Joko Susilo menepis asumsi itu. Dia melihat, anak asuhnya sudah tampil dengan motivasi tinggi dalam mengejar target poin penuh atas Persebaya.
"Sebenarnya, sudah tidak ada masalah (trauma). Kami percaya bahwa semua pemain bisa (melewati memori buruk itu)," cetus Joko Susilo.
Sehingga, performa yang kurang menarik bukan disebabkan oleh masalah trauma. Joko Susilo lebih sreg menyebut situasi itu gara-gara faktor teknis tim.
"Ada beberapa pemain (andalan) yang tak bisa bermain. Kami pun mengerti dengan semua itu," beber pelatih yang memimpin Persik Kediri pada 2020-2021 tersebut.
"Kami (tim pelatih) lah yang bekerja. Kami punya tugas menyiapkan taktik, fisik dan mental yang sangat berat," imbuh Joko Susilo.
Sayangnya, performa Arema FC yang meningkat drastis lewat hadirnya beberapa peluang emas tak dilengkapi dengan faktor keberuntungan.
Yang paling utama adalah kegagalan penalti Rizky Dwi Febrianto pada menit ke-95. Jika saja menjadi gol, Derby Jatim dipastikan berakhir imbang 1-1.