In-depth

Gagal Juara Liga Europa Lagi, Daftar Kesialan Paling Menyakitkan Juventus di Eropa Modern

Sabtu, 20 Mei 2023 11:56 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© REUTERS/Massimo Pinca
Manuel Locatelli (kiri) berduel dengan Ivan Rakitic (kanan) di laga Juventus vs Sevilla (12/05/23). (Foto: REUTERS/Massimo Pinca) Copyright: © REUTERS/Massimo Pinca
Manuel Locatelli (kiri) berduel dengan Ivan Rakitic (kanan) di laga Juventus vs Sevilla (12/05/23). (Foto: REUTERS/Massimo Pinca)
1. Liga Champions 2002/2003

Berbanding terbalik dengan sekarang, Juventus di era 1970-1990 adalah tim yang berkuasa di Eropa dan berbagai kompetisinya. 11 trofi mereka di wilayah tersebut termasuk dua Liga Champions di raih pada masa tadi.

Sempat ada anggapan jika kedigdayaan itu akan mereka bawa sampai ke 2000-an terutama usai sukses menembus final Liga Champions 2002/2023 untuk berjumpa dengan rival senegara, AC Milan, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Partai yang digelar di Old Trafford, Manchester, Inggris tersebut seolah jadi penanda keruntuhan dinasti Eropa milik La Vecchia Signora usai Il Diavolo Rosso menggebuk mereka via adu penalti usai skor 0-0 bertahan hingga 120 menit.

Padahal build up Juventus untuk final ini sudah cukup meyakinkan. Kala itu Liga Champions masi menggunakan format dua kali fase grup dan mereka mampu melangkahi sejumlah hadangan dari Newcastle United dan Manchester United.

Di fase knock out pun Barcelona dan Real Madrid turut menjadi korban mereka namun Juventus jutsru tersandung di babak yang paling menentukan.

2. Liga Europa 2009/2010

Pasca skandal Calciopoli, Juventus sempat terhempas keras ke bumi dan salah satu momen terendah mereka di Eropa adalah kala tidak mampu lolos dari fase grup Liga Champions 2009/2010 meski hanya harus bersaing dengan Bordeaux, Bayern Munchen, dan Maccabi Haifa.

Akhirnya mereka pun harus turun kasta ke Liga Europa. Akan tetapi di sana pun Hasan Salihamidzic cs tidak bisa bicara banyak meski pesaing mereka kebanyakan adalah klub yang lebih inferior.

Juventus sudah harus tersingkir di 16 besar usai tidak sanggup mengalahkan Fulham yang saat itu adalah tim papan tengah Inggris.

Di leg pertama mereka memang meyakinkan dan bisa menang besar 3-1 namun The Cottagers punya rencana balas dendam yang menyakitkan pada leg kedua.

Di hadapan publik Craven Cottage, Fulham membenamkan sang raksasa Italia dengan skor 4-1 dan menang agregat 5-4. Pada akhirnya tim asuhan Roy Hodgson tersebut bisa melaju sampai ke final dan menjadi runner up Liga Europa 2009/2010.