Napoli Jual Bintang dan Lepas Pelatih Usai Juara Liga Italia, Mental Medioker?
Aurelio De Laurentiis membeli saham Napoli sejak 2004 saat klub tersebut divonis pailit alias bangkrut.
Kondisi tersebut dibarengi dengan relegasi ke kasta ketiga Liga Italia, Serie C, dan itu adalah titik terendah klub yang berdiri sejak 1926 tersebut.
Beruntung De Laurentiis datang sebagai penyelamat. Pria asal Roma tersebut bermodalkan usahanya sebagai produser film Italia untuk mengakusisi Napoli dengan target kembali ke Serie A dan suatu saat nanti bermain di Liga Champions.
Hasil dari tekad tersebut tidak main-main. Setelah dua musim di Serie C, Napoli kemudian promosi ke Serie B. Pada 2007/2008, mereka resmi kembali berkompetisi di divisi teratas.
Setelahnya Napoli tidak pernah menengok ke belakang lagi. Bermodalkan pemain-pemain ikonik seperti Marek Hamsik, Edinson Cavani, Ezequil Lavezzi, Walter Gargano, Gonzalo Higuain, Lorenzo Insigne, Dries Mertens dan masih banyak lagi, Il Partenopei perlahan memiliki status elite di sepakbola negeri pasta.
16 musim beruntun hanya sekali saja Napoli finis di luar sepuluh besar. Tifosi memang perlu berterimakasih pada De Laurentiis.
Namun cukup aneh memang jika melihat begitu seringnya Napoli finis di papan atas namun hanya memiliki satu Scudetto saja di era kepemilikan De Laurentiis. Rupanya 'kegemaran' berseteru dengan pelatih adalah salah satu sifat buruk sang produser 72 tahun.
Mulai dari Walter Mazzari, Rafael Benitez, Maurizio Sarri, Carlo Ancelotti, dan Gennaro Gattuso setidaknya pernah sekali dua kali dikabarkan bersitegang dengannya saat menjadi manajer di San Paolo.
Berbagai masalah muncul sebagai akarnya namun seringkali minimnya investasi jadi alasan. Khusus untuk masalah dengan Luciano Spalletti, sepertinya gaji yang menjadi pokok persoalan.
Sang allenatore ingin kenaikan gaji namun Aurelio de Laurentiis menolaknya dengan alasan yang belum jelas.