Tim Raksasa Korea Selatan Ulsan Hyundai Diguncang Isu Rasisme pada Orang ASEAN, Asnawi dalam Bahaya?
Meski saat ini dianggap sebagai negara maju dan sukses mengimpor banyak produk mereka ke seluruh dunia baik itu dalam bentuk barang, budaya, maupun atlet namun Korea Selatan masih belum bisa bersih dari rasisme.
Dikutip dari jurnal "Foreigners or multicultural citizens? Press media's construction of immigrants in South Korea" hasil penilitian Park Keum-jae (2013), diskriminasi pada orang dari Asia Tenggara masih hal biasa di Negeri Gingseng.
Sebenarnya bangsa ASEAN tidak sendirian. Mereka yang berasal dari Amerika Latin, Asia Selatan, Amerika Utara, dan lain sebagainya juga mendapat perlakuan yang sama.
Terutama jika mereka memiliki kulit yang lebih gelap ketimbang penduduk Korea Selatan kebanyakan.
Bahkan mereka yang memeluk agama Islam juga akan rentan dicap sebagai teroris. Sebuah stereotip yang sebenarnya juga umum dipercaya di negara yang masyrakatnya didominasi non-muslim.
Asnawi Mangkualam sebagai pemain sepakbola profesional di Korea Selatan yang kebetulang memiliki warna kulit kecoklatan dan seorang muslim taat jelas berada dalam bahaya laten rasisme.
Beruntung sejak ia berkiprah di Korsel per Februari 2021 hingga detik ini dengan membela Ansan Greeners dan kini Jeonnam Dragons, belum laporan soal kasus diskriminasi dideritanya namun bukan berarti di masa depan sang pemain 23 tahun akan aman.
Benar jika rasisme masih hadi problem dimana-mana dan Korea Selatan mungkin bukan negara paling rasis di dunia namun tidak ada salahnya berbenah lebih dulu.
Harusnya mereka sadar jika pemain Korsel pun bisa menjadi target ejekan rasial saat beraksi di luar negeri. Contohnya Son Heung-min yang berkali-kali jadi korban rasisme meski ia adalah salah satu pemain top dunia dan ikon Tottenham Hotspur.
Baru pada Maret 2023 lalu kepolisian Inggris menjalankan penyelidikan atas dugaan rasisme pada Son oleh suporter Crystal Palace yang berujung pada sanksi berat untuk para pelakunya.