FOOTBALL265.COM - Ada lima fakta menarik dalam duel tanpa gol di pekan ke-5 Liga 1 antara PSIS Semarang kontra Borneo FC di Stadion Jatidiri, Semarang, Jumat (28/7/23). Ada untung dan rugi yang harus dialami tuan rumah.
Pertemuan PSIS melawan Borneo FC dalam laga pekan kelima Liga 1 2023-2024 berjalan menarik. Kedua tim sama-sama melancarkan penyerangan yang tersusun rapi dari lini belakang.
PSIS sebagai tuan rumah memiliki peluang sedikit lebih banyak dari PSIS. Ada tujuh tembakan dengan empat di antaranya tepat sasaran, namun belum berbuah gol kemenangan.
PSIS juga lebih mendominasi dalam hal penguasaan bola dengan persentase 58 persen. Bisa dikatakan, gol menjadi satu-satunya hal yang tak melengkapi permainan apik pada laga tersebut.
INDOSPORT coba merangkum lima fakta yang tersaji dalam duel pekan kelima Liga 1 2023-2024. Simak ulasan berikut ini!.
1. Tak Rugi Imbang
Sebagai tuan rumah, PSIS tentunya dalam tuntutan untuk meraih kemenangan. Namun, bila melihat situasi yang terjadi menjelang pertandingan, PSIS rasanya tak rugi ketika bermain imbang kontra Borneo FC.
PSIS bermain tanpa lima pilar, yakni Carlos Fortes, Boubakary Diarra, Vitinho, Fredyan Wahyu Sugiantoro dan Wawan Febriyanto. Mereka absen dengan kendala berbeda-beda.
Fortes dan Diarra absen karena mendapat sanksi larangan bermain, imbas dari laga melawan PSS Sleman. Lalu, Fredyan dan Wawan dipanggil TNI AD untuk ikut Piala Panglima. Sementara Vitinho masih cedera.
Absennya nama-nama ini tak mempengaruhi kekuatan sistem bertahan PSIS. Luthfi Kamal dan Bayu Fiqri mampu menggantikan peran Diarra dan Fredyan.
Namun, yang sangat terasa adalah ketiadaan Fortes, Vitinho dan Wawan. Makanya, PSIS dalam laga ini mampu bermain bagus, menciptakan peluang namun tak membuat gol.
2. Jumlah Penonton Merosot
PSIS terbilang meraih hasil bagus pada awal kompetisi Liga 1 2023-2024. Sebelum laga kontra Borneo FC, PSIS sudah mengantongi tujuh poin dan berada di peringkat tiga klasemen sementara.
Namun, prestasi itu tak berbanding lurus dengan tingkat kehadiran suporter di pertandingan. Dalam laga melawan Borneo FC, hanya ada 3.478 penonton sesuai data di match summary.
Jumlah itu menurun drastis bila dibandingkan dengan laga kandang melawan Persebaya Surabaya. Kala itu, kemenangan PSIS atas Persebaya dengan skor 2-0 disaksikan 15.677 pasang mata.
Dengan pemasukan tiket yang sedikit, PSIS perlu bersyukur tak ada suporter tamu yang datang. Panpel PSIS pun bisa terhindar dari sanksi denda Rp25 juta dari komdis PSSI.
3. Hanya Satu Kartu
Duel PSIS melawan Borneo FC berjalan dalam tempo tinggi. Namun, para pemain dari kedua tim mampu bermain dengan cerdas. Ketika sama-sama menghentikan serangan lawan, tak ada pelanggaran keras sepanjang 90 menit.
Hal ini dibuktikan dengan keputusan wasit Zetman Pangaribuan yang hanya memberikan satu kartu kuning saja. Kartu itu diberikan kepada Adam Alis Setyano ketika menjatuhkan Alfeandra Dewangga menit ke-67.
Kedua tim tampak sudah belajar dari laga sebelumnya. Saat melawan PSS Sleman, PSIS mendapatkan satu kartu merah dan tiga kartu kuning. Sementara ketika melawan Barito Putera, Borneo FC mengantongi dua kartu kuning.
4. Debut Felipe Cadenazzi
Laga ini turut menjadi penanda debut penyerang asal Argentina, Felipe Cadenazzi. Pemain yang didaftarkan pada detik-detik terakhir sebelum bursa transfer ditutup ini merupakan pengganti Matheus Pato yang direkrut Shandong Taishan.
Cadenazzi yang baru pertama kali berkarir di Asia Tenggara diberi waktu lima menit. Ia masuk lapangan menit ke-85, menggantikan winger asal Myanmar, Win Naing Tun.
Cadenazzi sempat berdiskusi dengan wasit pada momen dia dijatuhkan Alfeandra Dewangga di kotak terlarang. Namun, wasit Zetman Pangaribuan tetap pada keputusannya tak memberikan penalti.
5. Momen Pahit Win Tun
Hanya saja, debut untuk Felipe Cadenazzi harus mengorbankan sosok Win Naing Tun. Winger Myanmar ini digantikan Cadenazzi, saat statusnya juga sebagai pemain pengganti.
Dia masuk pada menit ke-55 menggantikan Jelle Goselink. Sialnya, Win sudah keluar lapangan lagi pada menit ke-85. Total, ia hanya bermain dalam waktu 30 menit.
Selama berada di lapangan, Win tak banyak berkontribusi pada sektor penyerangan. Kendala bahasa disebut-sebut menjadi faktor utama yang membuat Win mulai kesulitan menampilkan performa terbaiknya.
Padahal, pemuda 23 tahun ini datang sebagai salah satu pemain terbaik di Liga Myanmar. Di Yangon United, Win Naing Tun mencetak 14 gol dari 14 penampilan.