Mengingat Rasmus Hojlund baru berusia 20 tahun, Manchester United punya alasan kuat untuk memboyongnya dengan harga Rp1,1 triliun, yakni sebagai investasi.

Ya, dengan catatan 9 gol di musim pertama di lima liga top Eropa dan usianya yang muda membuat Hojlund menjadi investasi menjanjikan.

Apalagi 9 gol itu sejatinya didapat dari 20 penampilan sebagai starter dan 12 kali penampilan sebagai pemain cadangan, sehingga jumlah golnya terasa masuk akal.

Ditambah Hojlund punya catatan 0,44 Non-Penalty Goals (NPG) per 90 menit dari 0,47 Expected Goals (xG) per 90 menit, yang menandakan dirinya adalah penyerang klinis.

Melihat catatan itu saja, tujuan investasi Man United ini bisa berakhir indah. Tapi, apakah investasi hingga bernilai Rp1,1 triliun untuk suatu hal yang tak pasti bukanlah sesuatu yang merugikan?

Terlebih jika membedah seluruh kualitas Hojlund yang masih ‘Raw’ atau mentah sebagai penyerang tengah atau Target Man di tim penuh ekspektasi sekelas Man United.

Di Liga Italia 2022/23 lalu, Hojlund tercatat membuat 11 peluang emas atau berada di urutan ke-8 pemain yang kerap membuang-buang peluang emas.

Lalu konversi tembakan berbuah gol dari Hojlund musim lalu hanya sekitar 16,7 persen saja, atau berada di urutan ke-55 dari 274 penyerang di Liga Italia 2022/23 lalu.

Bahkan jika melihat 9 golnya, rata-rata Hojlund hanya mencetak 1 gol setiap 203,7 menit pertandingan, atau berada di urutan ke-25 dari 273 penyerang di Liga Italia 2022/2023 lalu.

Melihat catatan itu, sulit untuk memastikan Hojlund bisa menjadi jawaban krisis striker Man United, terutama dalam perebutan gelar juara.

Dengan catatan-catatan di atas, angka Rp1,1 triliun yang dikeluarkan Man United tak lagi masuk akal untuk menebus penyerang ‘mentah’ seperti Hojlund.

Tapi uang sebesar itu bisa berakhir menjanjikan andai Man United mau bersabar, dan Erik ten Hag bisa mencari ramuan yang tepat agar Hojlund bisa berkembang.