Timnas Indonesia

Tak Setuju Pilihan Pemain Timnas Jadi Polisi, Indra Sjafri: Saya Saja Keluar dari PT Pos

Selasa, 8 Agustus 2023 14:39 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Isman Fadil
© Ammara Marthiara/Football265.com
Perhelatan 'Sang Juara Bicara' Gagasan JebreeetMedia di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta, Rabu (19/7/23). Copyright: © Ammara Marthiara/Football265.com
Perhelatan 'Sang Juara Bicara' Gagasan JebreeetMedia di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta, Rabu (19/7/23).

FOOTBALL265.COM - Pelatih Timnas Indonesia U-24, Indra Sjafri menyatakan tidak setuju dengan keputusan sejumlah anak asuhnya yang belum lama ini masuk Kepolisian, pasca raih medali di SEA Games 2023.

Seperti diketahui, beberapa pemain jebolan Timnas U-23 di SEA Games 2023 dan Timnas U-20 baru-baru ini memutuskan 'pergi' dari klubnya masing-masing dan ikut pendidikan Kepolisian. 

Mereka adalah Muhammad Ferarri (Persija Jakarta), Kakang Rudianto (Persib Bandung), Frengky Missa (Persikabo 1973), Ginanjar Wahyu (Arema FC) dan Dimas Julio Pamungkas (Bhayangkara FC)

Lalu juga ada M. Faiz Maulana (Bhayangkara FC), Daffa Fasya (Borneo FC) Rabbani Tasnim (RANS Nusantara FC) dan Ananda Raehan (PSM Makassar). 

Menurut Indra Sjafri, dia tak bisa mengatur keputusan ataupun pilihan setiap pemain, tapi apa yang dilakukan para pemain muda itu tidak profesional. Itu menunjukan mereka tidak punya kepercayaan terhadap sepak bola. 

Pelatih berusia 50 tahun itu mencontohkan dirinya yang memutuskan keluar dari perusahaan BUMN, PT Pos Indonesia pada 2007 karena ingin konsentrasi di sepak bola. Padahal, jabatannya saat itu sudah kepala cabang. 

Indra Sjafri merasa passionnya di sepak bola dan dia ingin membantu sepak bola Tanah Air ke level yang lebih tinggi. 

"Memang susah ya, maksudnya begini, ini kan dia mengambil sikap untuk main masuk Polri ini kan antisipasi dia untuk masa depan. Buat saya, mohon maaf kurang setuju sebenarnya kalau mereka pemain profesional. Saya saja berhenti dari PT Pos," kata Indra Sjafri. 

Disampaikan Indra Sjafri, sebagai pemain profesional, akan sulit membagi konsentrasi apabila punya pekerjaan lain yang juga bersifat wajib. 

"Itu yang saya tidak tahu nanti gimana setelah dia masuk polisi, nanti bagaimana dia kariernya. Cuman pengalaman saya, saya nggak bisa memerankan dua karier, makanya saya berhenti di PT Pos," ucapnya.