FOOTBALL265.COM - Semua mata publik sepak bola nasional akan tertuju ke Jawa Timur seiring Derby Jatim Persebaya Surabaya vs Arema FC di pekan ke-13 Liga 1 2023/2024.
Persebaya mendapat giliran sebagai tim tuan rumah lebih dulu menjamu Arema FC, pada laga yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Sabtu (23/9/23).
Sebagaimana diketahui, pertemuan kedua tim ini selalu disertai dengan tensi tinggi. Rivalitas sebagai tim terbaik di Jatim menjadi pemicu utamanya.
Indosport lantas menyimak sejumlah referensi perihal awal kisah rivalitas antara Persebaya dengan klub yang dulunya bernama Arema Malang tersebut.
Lantas, bagaimana perjalanan rivalitas kedua tim yang dimulai usai meleburnya Kompetisi Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia pada 1994 lalu itu?
Penuh Keakraban
Kedua tim pertama kali bertemu pada Liga Indonesia edisi perdana tahun 1994 silam. Namun, suasana pertandingan baik di lapangan maupun tribun penuh keakraban.
Ngalam.id menjabarkan data dan fakta pertemuan kedua tim pada masa itu. Arema ditahan imbang 0-0 di Malang (29/3/95) dan kalah 2-3 di Surabaya (30/4/95).
Namun, rivalitas kedua suporter berjalan hangat seperti biasanya. Psywar dan saling ejek menjadi pemandangan biasa, namun tak sampai berujung aksi kerusuhan.
Bukti nyata terhampar ketika Jawa Pos mendokumentasikan Aremania hadir di tribun Stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya, terbitan 16 September 1997.
Pada masa-masa itu, kedua tim sedang berusaha mengejar prestasi terbaik, usai dua kompetisi yang mereka ikuti dilebur menjadi Liga Indonesia.
Mulai Memanas
Rivalitas mulai memanas periode 2000-an. Ketika itu, suporter kedua tim sudah tak diizinkan lagi untuk saling berkunjung baik ke Malang maupun Surabaya.
Deretan transfer pemain dari Arema Malang ke Persebaya dan sebaliknya, menambah tensi. Yang paling fenomenal, adalah kepindahan Aji Santoso ke Persebaya pada 1995 dan kembali lagi ke Arema pada 2002.
Puncak dari tensi tinggi terjadi pada 4 September 2006. Suporter Persebaya beraksi rusuh begitu disingkirkan Arema Malang pada perempatfinal Copa Indonesia.
Persebaya kalah agregat gol 0-1 (0-1 dan 0-0) dari tim rival. Suporter Persebaya ngamuk dan melakukan aksi kerusuhan di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya.
Aksi rusuh juga dilakukan dalam lawatan Arema ke Tambaksari, 10 Januari 2010. Ketika itu, kaca bus yang ditumpangi Arema hancur berantakan karena dilempar batu saat memasuki area stadion.
Timbul Korban
Setelah sempat mereda beberapa tahun, tensi tinggi mulai timbul pada 2018. Persebaya yang promosi usai menjuarai Liga 2 2017, kembali satu kompetisi dengan Arema FC.
Dalam kemenangan 1-0 di Stadion Kanjuruhan, 6 Oktober 2018, suporter Arema FC memicu ketegangan dengan memasuki lapangan dan melakukan aksi provokasi terhadap pemain Persebaya.
Arema FC kemudian meraih trofi kedua Piala Presiden 2019, dengan mengalahkan Persebaya pada dua leg final, agregat gol 4-2 (2-2 dan 2-0).
Namun, tensi tinggi Derby Jatim akhirnya memuncak pada 1 Oktober 2022 silam. Muncul korban hingga ratusan jiwa imbas kekalahan Arema FC 2-3 menjamu Persebaya.
Seluruh publik sepak bola Indonesia bahkan dunia ikut terpukul dalam peristiwa yang mengakibatkan 135 meninggal dunia itu. Kompetisi Liga 1 2022/2023 kemudian berhenti 2 bulan, sedangkan Liga 2 tak berlanjut dan Liga 3 tak digulirkan musim itu.