Profil Jean-Claude Blanc, CEO Jenius PSG dan Juventus yang Siap Rombak Man United Era Jim Ratcliffe
Barulah di 2006 Jean-Claude Blanc melebarkan sayap ke sepakbola dengan ditunjuk sebagai CEO Juventus.
Saat itu Juventus tengah dalam kondisi buruk. Terburuk dalam sejarah mereka. Akibat skandal Calciopoli, I Bianconeri dihukum dengan relegasi ke kasta kedua.
Blanc membantu penunjukan kompatriotnya Didier Deschamps sebagai pelatih baru di 2006/2007. Status sebagai legenda klub dipercaya akan mempermudah perbaikan situasi carut marut usai kepergian sejumlah pemain kunci seperi Zlatan Ibrahimovic, Emerson, Patrick Vieira, Fabio Cannavaro, dan masih banyak lagi.
Hasilnya dalam semusim Juventus bisa kembali ke divisi teratas sebagai juara. Meski Deschamps hanya bertahan semusim saja akibat perselisihan dengan manajemen, Blanck tetap dipertahankan karena kinerja apiknya.
Blanc kemudian bertahan di Turin sampai 2011. Saat itu Juventus belum kembali berjaya namun ia menanam modal kuat yakni pembangunan stadion baru Allianz Stadium.
Stadion tersebut adalah stadion pertama yang dimiliki secara pribadi oleh klub di Italia. Sebelumnya klub-klub negeri pasta termasuk Juventus banyak menggunakan stadion milik pemerintah.
Setelah Juventus, Blanc kemudian pindah ke Paris Saint-Germain. Di sana ia kembali bertugas sebagai CEO dan mendampingi investor Qatar dalam proses menjadikan Les Parisiens raksasa Eropa.
Selama 11 tahun di Parc des Princes, Blanc menyaksikan PSG memborong 20 trofi termasuk lima Liga Prancis. Usai dirasa cukup, ia pun menerima tawaran Sir Jim Ratcliffe untuk menjadi CEO bidang olahraga INEOS.
INEOS memang terjun dalam banyak cabang olahraga mulai dari sepakbola, Formula 1, balap sepeda, rugby, lari, sampai berlayar.
Dalam waktu dekat INEOS akan mengakusisi Manchester United dan sentuhan emas Jean-Claude Blanc pun bakal dirasakan juga di Old Trafford.