Rasmus Hojlund adalah tipikal striker modern yang ideal. Tubuhnya menjulang tinggi di angka 191 cm dimanfaatkan untuk membantunya terlibat lebih banyak build up serangan serta mempertahankan possession.

Wonderkid Denmark berusia 20 tahun itu juga cepat sehingga cocok pula jika diinstruksikan menembus jebakan offside lawan.

Meski jauh lebih mungil dengan tinggi badan 177 cm saja, gaya permainan Lois Openda pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sang calon rival internal di Manchester United.

Ia adalah penyerang yang tidak takut melakukan body charge dengan bek lawan berkat body balance mumpuni. Openda juga sangat mobile dan bahkan seringkali melakukan take on sampai ke byline demi membuka ruang bagi rekannya menusuk ke kotak penalti.

Fakta ini semakin membuktikan jika apabila nanti menjadi rekan satu tim, kecil kemungkinan bagi Openda dan Hojlund berada di lapangan bersamaan.

Jika dilihat dari statistik musim ini dari FBref, Openda jauh lebih unggul berkat 10 gol dan dua assist yang sudah ia kantongi bersama RB Leipzig dari 17 pertandingan lintas ajang.

Sementara itu Hojlund baru punya lima gol dari 14 kali tampil. Bila menggunakan satuan per 90 menit pun, Openda masih unggul dengan rataan 0,73 tiap satu pertandingan berbanding 0,47 milik Hojlund.

Openda juga lebih efektif dalam memanfaatkan peluangnya dengan cuma memiliki 7,3 xG saja sejauh ini.

Hojlund pun sebenarnya melampaui angka harapan golnya yang cuma 4,7 namun lagi-lagi jika menggunakan standar per 90 menit ia tertinggal 0,47:0,62 xG.

Satu hal lagi yang membuat Openda terlihat lebih baik setidaknya di tiga bulan pertama 2023/2024 adalah bagaimana ia terlibat lebih banyak dalam build up.

Leipzig memberinya cukup kebebasan sampai bisa mengumpulkan 2,54 progressive carries dan 1,69 progressive pass per 90 menit. Rasmus Hojlund di Manchester United sedikit lebih pasif dengan rataan 1,29 dan 0,99 dalam kategori statistik yang sama.

Akan menarik sekali bila Lois Openda ikut merapat ke Manchester United karena ia berpotensi menjadi penyerang starter. Lebih hebat lagi jika nantinya Erik ten Hag bisa meracik taktik yang dapat mengakomodasi keduanya sekaligus.