x

Tentang Cinta dan Loyalitas (Alm) Ambon; Bertaruh Nyawa dan Air Mata Demi Asa Persija Juara

Sabtu, 12 November 2016 12:44 WIB
Penulis: May Rahmadi | Editor: Galih Prasetyo

Nilam dan Ambon adalah pasangan Jakmania dari Kalimalang. Keduanya saling menjalin kasih sejak tiga setengah tahun lalu. Mereka berencana menikah tahun depan.

Selama berpacaran, mereka aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Jakmania dan Persija Jakarta, khususnya di Kalimalang, dan selalu bersama-sama menggunakan atribut Persija, serta menyanyikan yel-yel dukungan saat Macan Kemayoran bertanding. 

Namun semua itu tinggal kenangan kala Persija jumpa Persib di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (05/11/16) lalu. Ada hal janggal yang dirasakan oleh Nilam kala itu, 

"Biasanya kita kalau tour selalu berdua," kata perempuan asal Jogja itu.

Malang tak bisa ditolak untung tak bisa diraih, rasa janggal dialami Nilam sebelum Ambon dan rombongan Jakmania berangkat ke Solo berakhir pedih. 

Pecah bentrok kala rombongan Jakmania pulang ke Jakarta pada Minggu (06/11/16). Ambon jadi korban tewas. Darah dan air mata kembali tumpah di sepakbola. 

Kisah Nilam dan Ambon, dua sejoli yang memadu kasih di suasana sepakbola nasional yang tak terurus dengan benar harus terbayar dengan rasa sakit dan pedih yang sulit terlupa. Namun, kenangan dan semangat Ambon akan terus hidup bagi Nilam dan seluruh Jakmania. 

Semoga semua ini jadi darah dan air mata terakhir yang jatuh di sepakbola nasional. 


1. Tentang cinta dan loyalitas

(alm) Harunal Rasyid Lestaluhu dan sang kekasih, Nilam.

Semula, Nilam dan Ambon memang berencana berangkat ke Solo bersama. Urusan keluarga yang membuat Nilam membatalkan rencana itu. Nilam pun sempat meminta Ambon untuk tidak ikut ke Solo, tetapi pria berusia 30 tahun itu memutuskan untuk terus berangkat. 

Selain memaksa untuk tetap berangkat ke Solo tanpa dirinya, Nilam menyebut ada hal aneh lagi sebelum Ambon berangkat ke Solo. Ambon meminjam tas berlogo Persija milik Nilam, padahal tas Nilam sudah robek. 

"Dari situ saya sudah ragu, ikhlas tidak ikhlas membiarkan dia berangkat sendiri," Nilam mengenang.

Berulang kali Nilam berusaha untuk mencegah Ambon berangkat ke Solo. Nilam menuturkan ia sempat bercerita ke Ambon tentang Jakmania lain yang tidak berangkat ke Solo karena permintaan sang kekasih. 

Namun semua itu sia-sia, loyalitas dan dedikasi tinggi dari Ambon mendukung Persija Jakarta membuatnya membulatkan tekad untuk berangkat ke Solo. 

Ambon berangkat bersama Jakmania Kalimalang pada Jumat (04/11/16) malam. Ia, meninggalkan Nilam sejauh lebih dari 500 kilometer demi mendukung tim asuhan Muhammad Zein Alhadad di Solo.
 
Terbiasa menjalani hari bersama-sama, Nilam mengaku tidak bisa tidur selama tiga hari sejak saat itu. Ia tidak membiarkan matanya benar-benar terpejam karena kekhawatirannya pada Ambon.


2. Ambon bertemu Sang Khalik

Aksi tabur bunga Jakmania di lokasi tewasnya Ambon.

Minggu (06/11/16) siang, sehari setelah menyaksikan laga Persija melawan Persib yang berakhir imbang 0-0, Ambon kembali ke Jakarta. Sialnya, perjalanan pulang Ambon mendapat kendala.
 
Bus yang ia tumpangi bersama Jakmania Kalimalang mengalami hujan timpukan batu dari sekumpulan massa ketika melewati tol. Sebagai Jakmania senior, Ambon menenangkan teman-temannya agar tidak terpancing emosi.
 
Tetapi serangan demi serangan kian membabi buta. Puncaknya, di Tol Palimanan, Ambon tidak bisa lagi mengamankan kondisi. Ia meminta salah satu rekannya, untuk tetap memastikan jangan sampai ada anggota yang tertinggal bila harus keluar dari bus. Kericuhan dengan massa yang menggenggam balok, mengacungkan senjata tajam, dan mengangkat senapan angin pun tak dapat terhindar.
 
Ambon mendapat serangan dari massa yang beringas. Aparat keamanan saat itu tidak membawa banyak personil dan tanpa peralatan pemecah kerumunan seperti gas air mata. Alhasil, polisi tidak berbuat banyak. Tidak ada tersangka yang diamankan dalam kejadian itu.
 
"Polisi mau tangkap, polisinya mati nantinya. Saya di tengah-tengah, kalau tangkap orang, mati sayanya. Saya cuma memisahkan aja,” kata Kapolsek Gempol, Cirebon, Komisaris Polisi (Kompol) Yana Mulyana.
 
Ambon meregang nyawa di usia 30 tahun, setelah kepalanya terkena hantaman benda keras dari seseorang yang berasal dari kerumunan massa tidak bertanggung jawab.


3. Loyalitas dan komitmen pada Jakmania

Logo Jakmania.

Ambon adalah anggota aktif The Jak Kalimalang sejak 13 tahun lalu. Di mata teman-temannya, ia terkenal sebagai pria yang kerap menggunakan celana pendek.

Pribadinya serius, tapi juga pemalu. Ia berkemauan keras ingin memajukan Jak Kalimalang dengan membantu setiap kegiatan, salah satunya menggelar nonton bareng (nobar).

“Untuk Jakmania Kalimalang, gua siap,” kata Ketua Kordinator Wilayah (Korwil) Jak Kalimalang, Ahmad Komarudin atau yang biasa disapa Komenk, menirukan gaya bicara Ambon.

Ambon menjadi pendukung Persija sejak berusia 17 tahun, tepatnya pada 2003. Tahun ini, Ambon mendapat amanat jadi Ketua Panitia perayaan hari jadi Jak Mania Kalimalang yang ke 17, 24 November 2016 mendatang.

Komenk mengatakan, semula Ambon tidak percaya diri untuk menerima amanat tersebut. Namun setelah Komenk meyakinkannya, ia akhirnya siap.

Ambon kemudian menyiapkan sejumlah agenda, di antaranya santunan dan pentas musik yang rencananya berlangsung di salah satu universitas swasta Jakarta, 4 Desember 2016 mendatang.

Menurut Komenk, persiapannya sudah di atas 50%. Namun kemungkinan batal, demi menghayati momen berkabung atas musibah yang menimpa organisasinya.

Di organisasi, kedewasaan dan keseriusan di diri Ambon kerap menjadi pengendali bila terjadi pro-kontra terhadap keputusan pemimpin. Ia selalu mengingatkan para anggota Jak Kalimalang agar tetap setia dan berada di bawah garis komando, apapun yang terjadi.

Lu boleh kecewa sama organisasi, tapi jangan pernah lu jadi pembangkang. Kita boleh kecewa, tetapi tetap di jalur. Kita jangan jadi kacang lupa kulitnya,” kata Komenk, mengikuti perkataan Ambon kepada para anggotanya.

Itulah hal yang paling Komenk ingat. Ia menambahkan, loyalitas Ambon tidak perlu diragukan lagi, bahkan tidak perlu dipertanyakan.

“Tanggung jawab, komitmen, walaupun kerap bersebrangan (pendapat), dia tetap berada di garis komando. Itu yang saya suka dari dia,” Komenk menegaskan.


4. Menantikan Persija raih juara

Pita hitam di gunakan skuat Persija sebagai tanda berkabung atas tewasnya Ambon.

Bertahun-tahun mendalami Persija, Ambon kerap berbicara mengenai taktik tim Macan Kemayoran kala bertanding. Pria yang memiliki hubungan darah dengan pemain Persija, Ramdani Lestaluhu itu tidak jarang menyampaikan pendapat mengenai strategi tim kesayangannya, kepada sesama anggota.

Hasratnya begitu tinggi. Komenk mewajarkan hal itu sebab Persija mengangkat tropi liga terakhir kali pada tahun 2001, dan saat itu Ambon belum menjadi anggota Jak Kalimalang.

“Dia ingin merasakan Persija mendapat gelar juara liga,” Komenk mengatakan.

Puluhan tahun menjadi seorang Jakmania, Ambon juga tidak bisa mengabaikan sengitnya rivalitas suporter yang kerap terjadi di sepakbola nasional. Komenk mengungkapkan, Ambon yang dikenal sebagai seorang pemberani, sebetulnya menginginkan kedamaian. 

“Dia ingin berdamai, yang penting kita tidak diganggu. Karena, damai itu indah kan,” tutur Komenk.

Sampai sekarang, satu hari sebelum genap seminggu kepergian Ambon, Komenk dan Nilam tetap merasakan semangatnya yang tetap hidup. Ambon abadi dalam kepala para anggota Jak Kalimalang, juga dalam ingatan Nilam.

Tenang di surga, Ambon! Kelak kau pasti melihat Persija merajai liga Indonesia!

Persija JakartaThe JakmaniaIn Depth SportsHarun Al Rasyid Lestaluhu

Berita Terkini