5 Hal Penting yang Dapat Dipelajari dari Leg Pertama Final Piala AFF 2016
Timnas Indonesia baru saja menuntaskan pertandingan berat pada laga leg pertama final Piala AFF 2016 kontra Thailand di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor. Dalam laga tersebut, Indonesia sempat tertinggal dari Thailand di babak pertama melalui gol dari Teerasil Dangda (menit 33').
Memasuki babak kedua, Indonesia berhasil menunjukkan determinasinya untuk memenangkan laga dengan membalas melalui gol dari Rizky Pora (65') dan Hansamu Yama Pranata (70').
Para penggawa Timnas Indonesia melakukan selebrasi ketika mencetak gol atas Thailand.
Permainan yang disaksikan oleh 30 ribu pasang mata di Stadion Pakansari tersebut terbilang cukup panas. Karena bukan hanya gengsi tinggi untuk menjadi juara, namun juga adanya titik terang untuk Timnas Indonesia memenangkan Piala AFF untuk pertama kalinya. Setelah hanya mampu menjadi runner up sebanyak empat kali (2000, 2002, 2004, 2010).
Dari pertandingan yang terjadi kemarin malam tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dipelajari dari kedua kubu tim yang berusaha untuk menjadi kampiun juara.
Untuk itu, INDOSPORT telah merangkum lima hal yang dapat dipelajari dari pertandingan leg pertama Piala AFF 2016 antara Timnas Indonesia kontra Thailand, mengutip dari Fox Sports Asia:
1. Kapten Thailand Menunjukkan Kelas yang Berbeda
Sebagai seorang kapten dan juga striker, sudah sepatutnya Teerasil Dangda menjadi panutan dan pemimpin dari sebuah tim. Hal tersebut juga ia tunjukkan melalui aksi gemilan dan catatan gol yang datang dari kakinya.
Pada laga leg pertama Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari tersebut, Teerasil Dangda kembali menunjukkan ketajamannya dengan merobek jala Timnas Indonesia yang dikawal Kurnia Meiga.
Teerasil Dangda melakukan selebrasi setelah mengoyak jala Indonesia.
Menerima umpan Theerathon Bunmathan dari sisi kiri, Teerasil Dangda menanduk si kulit bundar ke sisi kanan gawang Kurnia Meiga. Hal tersebut terbilang luar biasa, karena saat itu sang kapten tengah diapit oleh dua bek tangguh Indonesia, Fachrudin Aryanto dan Abduh Lestaluhu.
Teerasil Dangda memang menjadi momok yang sangat menakutkan pada turnamen dua tahunan ini. Satu gol tersebut semakin mengokohkan namanya sebagai top skor dengan enam gol.
Pada Piala AFF 2016 ini, Teerasil Dangda telah mencetak empat gol ke gawang Indonesia, tiga diantaranya dicetak ketika Thailand mengalahkan Timnas Indonesia di babak penyisihan Grup A (4-2), di laga perdana pada tanggal 19 November silam di Stadion Olahraga Filipina.
Permainan gemilang Teerasil Dangda tersebut tidak luput dari peran Manchester City yang merekrutnya tahun 2007 lalu. Meskipun tidak secara langsung main bersama Man City, Dangda beranggapan bahwa waktu yang ia habiskan di tanah Inggris telah membuatnya menjadi pesepakbola yang lebih baik.
2. Permainan Keras Indonesia Hancurkan Psikologis Pemain Thailand
Tidak dapat dipungkiri bahwa pertandingan final leg pertama Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor tersebut berjalan dengan panas. Tidak hanya Indonesia, Thailand juga melakukan segala cara untuk memenangkan pertandingan.
Bukti nyata permainan keras antara kedua tim adalah ketika Andik Vermansah harus di tandu keluar karena cedera yang ia dapatkan. Padahal, pemain yang kini bermain untuk tim Malaysia, Selangor FA tengah on fire dan pertandingan baru berjalan selama 20 menit.
Cederanya Andik tentu menjadi pukulan telak yang diterima Indonesia. Pemain bertubuh mungil tersebut pun akhirnya diganti oleh Zulham Zamrun untuk membantu lini depan Indonesia.
Di babak kedua, Timnas Indonesia bermain lebih beringas dan agresif dibandingkan babak pertama. Dengan permainan yang cukup keras, Indonesia meladeni kontak fisik yang ditunjukkan Thailand di babak pertama.
Permainan keras tersebut terbukti efektif menghancurkan psikologis para pemain Thailand, yang tidak mampu mengembangkan permainannya. Salah satu kontak fisik yang terjadi adalah ketika Bayu Pradana menyikut Kroekrit Thawikan. Sebuah kontak fisik yang mungkin saja bisa berdampak kartu merah bagi Bayu.
Namun dengan permainan keras tersebut, Indonesia berhasil membuat pemain Thailand sedikit 'takut' dan menjadi lengah. Timnas Indonesia berhasil membalikkan keadaan dalam jelang waktu lima menit saja.
3. Chanathip Songkrasin Penyebab Kekalahan Thailand?
Pada laga-laga sebelumnya, pemain berumur 23 tahun ini terlihat begitu fenomenal. Pergerakannya dengan atau tanpa bola terlihat begitu baik. Ia pun digadang-gadang menjadi salah satu pemain yang akan merepotkan Indonesia di babak final Piala AFF 2016 ini.
Sebagai playmaker di lini tengah, ia tentu ditugaskan untuk menyuplai bola ke lini depan untuk bisa dimaksimalkan menjadi peluang gol. Namun, tugas tersebut hanya dapat ia lakukan di pertengahan babak pertama saja.
Trio andalan Timnas Thailand (kiri-kanan: Teerasil Dangda, Charyl Chappuis, dan Chanathip Songkrasin).
Setelahnya, ketika Timnas Indonesia bermain agresif dengan umpan satu-dua, Chanathip terlihat kehilangan sentuhannya dan menjadi blunder di area tengah. Ia kesulitan untuk mengontrol bola dan tidak dapat memberikan umpan matang bagi Teerasil Dangda.
Dalam skema 3-4-1-2 yang digunakan pelatih Kiatisuk Senamuang, Chanathip terlihat menghilang di atas lapangan. Tidak ada kontribusi maksimal yang dapat ia berikan dalam laga leg pertama final Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari.
4. Hansamu Yama Pranata Menjadi Pembeda
Sebagai seorang bek, mencetak gol adalah sebuah hal yang jarang didapatkan. Namun, ketika mereka melakukannya, maka gol tersebut tentu menjadi sangat penting dan bisa menjadi pembeda dalam sebuah pertandingan.
Sempat menjadi pilihan ketiga di belakang Rudolof Yanto Basna dan Fachrudin Aryanto, Hansamu Yama hadir menjadi sosok yang tidak tergantikan. Baru bermain di laga semifinal melawan Vietnam, pemain Barito Putera tersebut selalu menjadi pilihan utama pelatih Alfred Riedl.
Para pemain Timnas Indonesia melakukan selebrasi.
Hingga kini, ia telah mencetak dua gol dalam tiga pertandingan di Piala AFF 2016. Ia menjadi salah satu bek yang produktif dalam urusan menjebol jala lawan bersama Zaw Min Tun dari Myanmar.
Kegemilangan Hansamu Yama Pranata mungkin bisa kita sandingkan dengan bek andalan Real Madrid, Sergio Ramos. Kemampuannya dalam bola-bola atas tidak dapat dipungkiri lagi menjadi senjata utama mereka.
Dari dua gol yang ia cetak di Piala AFF 2016 ini, semuanya berasal dari skema sepak pojok. Melalui umpan yang dikirimkan Rizky Pora ke kotak penalti, pemain berusia 21 tahun tersebut menyambar si kulit bundar untuk menjadi gol.
5. Mungkinkah Thailand Kelelahan?
Seperti yang kita ketahui, Thailand dalam tahun 2016 ini mengikuti tidak hanya Piala AFF 2016 saja. Thailand juga mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia.
Tergabung dalam Grup B, Thailand harus melawan tim-tim kuat seperti Arab Saudi, Jepang, Australia, Uni Emirat Arab, dan juga Irak. Dalam Grup tersebut, Thailand mengalami persaingan yang sangat sulit dan hanya mampu mencatatkan satu poin dari lima laga yang diikuti.
Kelelahan Thailand juga cukup beralasan. Selain padatnya jadwal pertandingan, para pemain dan ofisial tim juga harus mengarungi dunia untuk melakoni setiap laga.
Timnas Thailand melenggang mulus hingga ke final di Piala AFF 2016.
Setelah kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia tersebut, Thailand harus langsung menjalani lima laga Piala AFF 2016, terhitung dari babak penyisihan grup. Meskipun berhasil melenggang mulus ke final, pada akhirnya kelelahan akan datang dan merasuki setiap pemain Thailand.
Pada Piala AFF 2016 ini, Thailand selalu memenangi laga yang dihadapi, sebelum akhirnya ternodai oleh Indonesia (1-2) di babak final.
Thailand berhasil melibas habis lawan-lawannya di fase grup, yaitu Indonesia (4-2), Singapura (1-0), dan Filipina (1-0). Di babak semifinal, Thailand mencukur Myanmar dengan skor 6-0 melalui laga tandang-kandang.