x

Mesir Hukum Mati Perusuh Sepakbola

Selasa, 21 Februari 2017 11:47 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
Pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah polisi.

Para tersangka tersebut didakwa dengan tuduhan pembunuhan, dan keputusan dianggap sudah final. Selain itu, pengadilan juga menghukum 22 tersangka lain dengan masa tahanan selama 10 tahun, juga karena tersandung masalah yang sama.

Peristiwa berdarah itu terjadi pada tahun 2012 silam, lebih tepatnya di partai liga terakhir di kawasan Mediterania, dekat pelabuhan Port Said, antara klub asal Kairo, Al-Ahly, melawan tuan rumah Al-Masry.


Seorang pengunjuk rasa menderita efek menghirup gas air mata.

Al-Ahly dikenal sebagai klub paling sukses di Mesir dengan basis suporter yang besar, tapi hal itu tak membuat suporter Al-Masry gentar dan takut. Sebab, secara mengejutkan, kawanan suporter tuan rumah tiba-tiba menyerang menggunakan pisau, batu, dan senjata lainnya.


Salah satu pendukung (Ultras) duduk di atas tunggul pohon.

Saksi mata dan orang-orang yang selamat dari insiden itu menggambarkan para korban berjatuhan dari bangku stadion ketika ingin menyelamatkan diri. Ratusan lainnya yang berlari menuju pintu keluar semakin panik karena pintu terkunci, dan suporter Al-Masry kemudian menyerang dari arah sebaliknya.

Kerusuhan tersebut membuat sepakbola di Mesir dihentikan selama lebih dari satu tahun. Saat liga dilanjutkan, penggerak liga mengosongkan stadion dari suporter tanpa terkecuali.


Suporter Al-Ahly saat memperingati tragedi Post Said.

Investigasi kemudian menyebut jika kebanyakan korban tewas berasal dari suporter Al-Ahly yang dikenal luas dengan nama Ultras Ahlawy. Tahun 2015, otoritas sepakbola Mesir lalu melarang penggunaan Ultras dan mengasosiasikan istilah tersebut dengan organisasi teroris.

MesirAl AhlyAl MasryUltrasBola Internasional

Berita Terkini