x

On This Day: Wafatnya Sir Bobby Moore, Pahlawan Timnas Inggris di Piala Dunia 1966

Jumat, 24 Februari 2017 14:02 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning

Penikmat English Premier League mungkin lebih mengenal Sir Bobby Charlton, ikon sepakbola Manchester United yang pada kenyataannya memang turut masuk dalam skuat besutan manajer Alf Ramsey ketika itu. Namun demikian, berkat andilnya, Moore didaulat menjadi pahlawan Inggris.

Di final Piala Dunia 1966 yang digelar di Stadion Wembley, tuan rumah mampu menang 4-2 (2-2) atas Jerman Barat. Kemenangan itu sangat mengejutkan karena lawannya merupakan raksasa sepakbola dunia ketika itu dengan formasi 4-2-4.

Bermain sebagai kapten Pasukan Tiga Singa, Moore memang tidak mencetak gol di final tersebut. Tapi pengaruhnya di lini pertahanan dinilai memiliki andil besar. Sepanjang babak grup hingga semifinal, gawang Gordon Banks, kiper legendaris Inggris, hanya bergetar satu kali saja.

Kemenangan atas Jerman Barat di final itu, di sisi lain juga melambungkan nama West Ham United. Klub London Timur tersebut di era 60-an merupakan tim yang disegani meski tidak memenangi Liga Inggris. Tapi berkat Moore, Peters, dan Hurst, yang adalah andalan The Hammers di level klub, Inggris dibawanya naik ke podium tertinggi dan untuk pertama kalinya merengkuh trofi Jules Rimet.

Hurst membobol gawang Hans Tikowski, kiper Jerman Barat, sebanyak tiga kali, sedangkan Peters menyumbangkan satu gol. Keduanya adalah pemain West Ham, dan Moore yang menjadi kapten kala itu merupakan kapten West Ham. Maka ada ungkapan di Inggris "West Ham Won the World Cup" karena memang sumbangsih The Eastenders begitu nyata di tahun 1966.

Hari ini 24 tahun lalu, Inggris harus ditinggal oleh Moore, legenda dan pahlawan sepanjang masa The Three Lions. Penyakit kanker merenggut nyawanya 2 bulan sebelum berulang tahun ke-52. Sejak itu, kanker pun dijadikan sebagai musuh utama di negara Inggris, bukti betapa pengaruh Bobby Moore begitu nyata, baik dari sisi sepakbola maupun non sepakbola di Inggris.

Berikut ulasan mengenai perjalanan hidup dan karier Sir Robert Frederick Charles "Bobby" Moore yang dirangkum spesial oleh INDOSPORT.


1. Menyembunyikan Penyakit Kanker yang Dideritanya dari Publik

Bobby Moore dengan istrinya Tina Moore.

Dua tahun jelang dimulainya Piala Dunia 1966, atau ketika usianya masih 23 tahun, Bobby Moore didiagnosa mengidap kanker testis. Ia tidak memberitahukan kepada siapa-siapa perihal penyakitnya itu, kecuali kepada Tina Moore yang tak lain adalah istrinya sendiri.

Di tahun yang sama, yakni 1964, Tina yang kala itu berusia 22 tahun tengah hamil. Saat diberitahu bahwa suaminya mengidap kanker, Tina lantas kaget dan meminta Moore untuk menemui dokter ahli.

"Kau tidak bisa membiarkannya. Pokoknya temui dokter sekarang juga," kata Tina menceritakan kembali saat-saat suaminya memberitahukan perihal penyakit kanker tersebut di buku biografinya.


Bobby dan Tina Moore, pionir pesepakbola dan 'WAGS' di Inggris.

Moore kemudian menuruti semua permintaan istrinya dan mendatangi rumah sakit di Inggris. Ketika itu, pemain yang akrab dengan nomor punggung 6 tersebut meminta kepada istrinya, dokter yang memeriksanya, dan tentunya rumah sakit tempat ia dioperasi untuk tidak membeberkannya ke publik.

Hal ini bisa dimaklumi, sebab Moore harus kehilangan testisnya, yang praktis membuatnya kehilangan kemaskulinitasannya. Tapi pengobatan lebih lanjut membuatnya tetap bisa memiliki anak.

"Jangan beri tahu siapapun untuk apa aku ke sini (rumah sakit)," kata Bobby Moore seperti ditulis oleh Tina Moore.

Kanker dan operasi membuatnya harus absen dari lapangan hijau selama tiga bulan 'saja'. Ketika itu, publik tahunya Moore mengalami cedera paha, dan sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya dialami oleh legenda The Three Lions tersebut.

Tapi sekembalinya ke lapangan, ia langsung membawa West Ham mengalahkan TSV Munich 1860 di final European Cup Winners' Cup di Wembley. Satu tahun berselang, 1966, Moore, sebagai kapten, mengangkat trofi Jules Rimet (Piala Dunia) untuk pertama kali dan satu-satunya bagi Inggris hingga detik ini.


2. Mengawali Bakat Olahraganya sebagai Pemain Kriket

Situasi jelang dimulainya pertandingan Inggris vs Swedia.

Bobby Moore adalah ikon. Dia mendapatkan tempat utama di hati publik sepakbola Inggris berkat kerja keras yang membuatnya menjadi kapten tim The Three Lions hingga akhirnya membawa negaranya merengkuh gelar Piala Dunia.

Banyak pelaku sepakbola memujinya, termasuk Pele. Legenda Brasil itu bahkan secara khusus memberikan testimoni kepada Moore dengan menyebutnya "defender terbaik yang pernah ia hadapi sepanjang kariernya".

Pujian juga datang dari pelatih kepala Inggris, Alf Ramsey. Ia mengatakan jika Inggris tidak akan pernah memenangi trofi Piala Dunia tanpa keberadaan Bobby Moore.


Jimmy Greaves, Sean Connery, Yul, dan Bobby Moore.

"Kapten saya, pemimpin saya, tangan kanan saya. Dia adalah semangat dan jantung tim ini. Pesepakbola yang tenang, penuh perhitungan, seseorang yang bisa saya percaya seumur hidup saya. Dia adalah model profesional bagi siapapun, pemain terbaik yang pernah saya tangani. Tanpanya, Inggris tak akan pernah menjuarai Piala Dunia," kata Alf Ramsey dalam sebuah kesempatan.

Meski mendapat pengakuan dari banyak pelaku sepakbola, faktanya, saat masih di bangku sekolah, Moore bukan pemain yang istimewa. Ia bahkan memulai kariernya sebagai pemain kriket.

Tom Hood Grammar adalah sekolah yang ia bela ketika itu, baik kriket maupun sepakbola. Sementara di Essex Youth, ia murni sebagai pemain kriket. Tapi dari situlah akhirnya bakat sepakbolanya terendus.

Ia kemudian bergabung dengan West Ham United sedari dini hingga akhirnya hijrah ke Fulham pada tahun 1975. Ironisnya, penampilan terakhirnya di Piala FA, turnamen bergengsi di Inggris, adalah melawan West Ham, dan ia membawa The Cottagers keluar sebagai juara.


3. Loyalitas dan Totalitasnya kepada West Ham Membuat Manajemen Pensiunkan Nomor Punggung 6

Stadion Wembley dengan patung Bobby Moore yang gagah perkasa.

Bicara Bobby Moore tidak bisa dilepaskan dengan West Ham United. Sebaliknya, bicara West Ham United tidak bisa dilepaskan dengan Bobby Moore. Sebegitu besar pengaruh Moore bagi klub London Timur itu karena loyalitas serta totalitasnya bagi The Hammers, julukan West Ham.

Bobby Moore adalah 'produk lokal' London karena lahir di Essex, sebuah kawasan di London Timur, sehingga dijuluki Cockney Boys (istilah Cockney merujuk pada daerah di London Timur dan aksen khas). Meski sempat membela Fulham dan hijrah ke Amerika Serikat di penghujung kariernya, Moore tetaplah legenda sejati West Ham United.


Moore (paling kanan atas) akan terus dikenang, bukan hanya bagi West Ham, tapi juga Inggris.

Tidak hanya bagi West Ham saja, Moore adalah kebanggaan bagi rakyat Inggris dan menjadi pemain favorit Ratu Elizabeth. Andil besarnya bagi sepakbola Inggris membuat sosoknya diabadikan dalam bentuk statue atau patung di depan Wembley Stadium.

Bukan Bobby Charlton, bukan David Beckham, bukan David Seamen, bukan pula Steven Gerrard yang mendapat penghormatan tersebut. Itu adalah bukti sahih betapa jasa-jasa Moore bagi Inggris begitu dirasakan hingga mengakar.

Tapi tanggal 24 Februari 1993, Moore dinyatakan meninggal dunia. Penyakit kanker yang ia derita sejak usia muda tak mampu lagi ditahannya. Publik sepakbola Inggris berduka karena kehilangan figur paling penting di Piala Dunia 1966.

Sebelum Moore meninggal, nomor punggung 6 masih digunakan oleh generasi selanjutnya, seperti Matthew Upson. Tapi kemudian manajemen West Ham akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkannya sebagai bentuk penghormatan abadi.

InggrisPiala DuniaWest Ham UnitedBobby MoorePiala Dunia 1966Liga InggrisGeoff HurstOn This Day

Berita Terkini