x

PT LIB Klaim Wasit Liga 1 Miliki Bayaran Tertinggi di Asia Tenggara

Senin, 30 Oktober 2017 21:14 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Rizky Pratama Putra
COO PT LIB, Tigor Shalom Boboy.

Selama gelaran Gojek Traveloka Liga 1, tentu kita kerap disajikan dengan pemberitaan mengenai kekecewaan atas kepemimpinan wasit lokal maupun asing yang didatangkan pada putaran kedua. Akan tetapi, apakah ada yang tahu mengenai gaji yang diterima pengadil lapangan hijau tersebut?

Baru-baru ini pengelola kompetisi Liga 1, PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyatakan bayaran wasit di kasta tertinggi sepakbola Tanah Air merupakan yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Joko Susilo memprotes sejumlah putusan wasit yang dianggap berat sebelah.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Operasional PT LIB, Tigor Shalom Boboy. Meski demikian, ia enggan untuk membocorkan berapa nominal yang diterima perangkat pertandingan di tiap pekan. 

"Kami tidak bisa beberkan. Tetapi yang bisa kami terangkan adalah bayaran untuk wasit kita paling tinggi untuk Asia Tenggara," ucap Tigor.

PT LIB akhirnya membuka suara terkait rencana mogok 15 klub peserta Liga 1.

Sebagai informasi, mengenai gaji wasit tersebut, salah satu anggota Komite Wasit Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Yesayas Leihitu, pernah membeberkan besaran gaji yang diterima wasit untuk Liga 1. Menurutnya, honor para pengadil lapangan tersebut belum mengalami perubahan sejak tahun 2007, yakni mencapai Rp5 juta per pertandingan.

"Sejak saya masih bertugas sebagai wasit Divisi Utama 2007, bayaran wasit Rp5 juta (tiap pertandingan untuk kompetisi tertinggi) dan itu sudah sampai beberapa tahun belum mengalami perubahan. Hal itu ditetapkan oleh PT Liga Indonesia sebagai operator kompetisi ketika itu," ujarnya. 

Baca Juga

"Untuk asisten wasit Rp2,5 juta. Dalam satu event pembayaran bervariasi, kalau yang laga uji coba dan sebagainya itu diatur oleh panitia pelaksana," tambah Yesayas.

Tigorshalom BoboyWasitLiga IndonesiaLiga 1PT Liga Indonesia Baru (PT LIB)

Berita Terkini