'Jika Pep Guardiola Juara Liga Champions Tanpa Lionel Messi, Saya Sujud'
Pencapaian Barcelona yang ditukangi oleh Pep Guardiola di tahun 2008 hingga 2012 adalah satu bukti tak terbantahkan mengenai kemampuan pelatih kelahiran Spanyol ini.
Memenangkan 14 trofi dari 19 kompetisi di mana Blaugrana berpartisipasi, Barcelona di masanya sebagai arsitek dianggap sebagai salah satu tim terbaik sepanjang masa.
Tapi seorang pengamat sepakbola, sekaligus legenda Liverpool, menuding bahwa sebagian besar kesuksesan Guardiola bersama Barcelona bergantung pada satu sosok, Lionel Messi.
1. Tertatih di Eropa Pasca Barcelona
Sejak meninggalkan Camp Nou, Guardiola bukannya melatih klub sembarangan. Dua raksasa sepakbola: Bayern Munchen dan kini, Manchester City, menjadi dua klub tempatnya berlabuh.
Namun dalam lima musimnya melatih di kedua klub tersebut, tidak sekalipun pelatih 47 tahun ini mencapai partai final di Liga Champions Eropa.
Di Bayern Munchen, ia selalu mencapai semifinal, tapi tidak selalu gagal menembus fase empat besar tersebut. Sedangkan saat melatih Man City, pencapaian terbaiknya hanya perempat final.
Untuk perbandingan, saat melatih Xavi Hernadez dkk, ia mencapai dua final dalam empat musimnya di Barcelona dan keluar sebagai juara di dua kesempatan itu.
2. Bukan Pelatih Terbaik Sepanjang Masa
Fakta-fakta tersebut membuat Stan Collymore, mantan pemain Liverpool yang kini melanjutkan kariernya sebagai pengamat sepakbola, belum ingin menyebut Guardiola sebagai 'pelatih terbaik sepanjang masa'.
"Jika Bill Shankly, Bob Paisley, Jock Stein, Brian Clough dan Carlo Ancelotti, atau banyak pelatih lainnya, memiliki tim Barcelona yang dimiliki Guardiola, dengan Messi di dalamnya, mereka akan memenangkan trofi Eropa yang diraihnya," tulis Collymore di Mirror.
"Dan, tidak seperti Guardiola, empat yang saya sebutkan bahkan mampu memenangkan kompetisi tersebut tanpa penyihir Argentina (Messi) -- salah satu pemain terbaik sepanjang masa -- di sisi mereka."
"Ini adalah satu dari beberapa alasan mengapa saya belum dapat sujud dan menyembah di altar Pep di samping mereka yang menganggapnya sebagai pelatih terbaik yang pernah dilihat permainan (sepakbola) ini," urainya.
3. Kecenderungan pada 1 Aspek
Selain itu, Collymore juga menyebutkan alasan lain mengapa ia belum menganggap Guardiola sebagai yang terbaik. Menurutnya, pelatih yang pernah bermain di posisi gelandang tersebut menganggap satu aspek lebih penting aspek lainnya dalam sepakbola.
"Ia adalah seorang pelatih yang sepertinya tidak berpikir bahwa bertahan sama pentingnya dengan menyerang, jika menilai dari beberapa kali tim asuhannya kebobolan tiga atau empat gol di kompetisi Eropa," tambahnya.
"Real Madrid menyarangkan empat gol ke gawang Bayern Munchen di Allianz Arena di tahun 2014 dan tim lamanya -- dengan Messi di dalamnya -- mencetak tiga gol melawan tim Jerman asuhannya itu di Camp Nou satu tahun berselang."
"Karena itulah saya berpikir bahwa Barcelona kala itu (2008-2012) adalah tim hebat sepanjang masa dengan pelatih yang sangat baik, bukan pelatih terbaik sepanjang masa."