3 Pelajaran Berharga yang Bisa Dipetik PSMS Medan dari Liga 1 2018
FOOTBALL265.COM - Kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1 2018 baru saja berakhir dengan tiga tim termasuk PSMS Medan resmi terdegradasi ke Liga 2 2019.
Dibanding dua tim lainnya, yakni Mitra Kukar dan Sriwijaya FC, PSMS Medan terbilang sial. Pasalnya, mereka baru saja promosi ke Liga 1 2018 usai menjadi runner-up Liga 2 musim 2017 lalu.
Istilah numpang lewat nampaknya pantas disematkan kepada PSMS Medan. Pasalnya, mereka harus puas hanya berada di dasar klasemen akhir Liga 1 2018.
Hanya satu musim di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, seharusnya PSMS Medan bisa memetik setidaknya 3 pelajaran berharga agar tidak diulangi di Liga 2 dan bisa kembali promosi ke Liga 1 2020.
Berikut INDOSPORT coba beberkan sebanyak 3 pelajaran berharga yang bisa dipetik PSMS Medan usai degradasi dari Liga 1 2018.
1. Buruknya Seleksi Pemain
Seperti klub Liga 1 2018 lainnya, PSMS Medan dibela oleh empat pemain asing, yakni Reinaldo Lobo, Alexandros Tanidis, Shohei Matsunaga dan Felipe Martins.
Sekadar informasi, buruknya seleksi pemain di awal musim bahkan membuat PSMS Medan harus mencoret tiga pemain asing, yaitu Sadney Urikhob, Dilshod Sharofetdinov dan Wilfried Yessoh.
Pencoretan pemain asing di tengah musim adalah salah satu bukti buruknya seleksi pemain. Di mana pembelian pemain asing berguna untuk menunjang permainan klub, nyatanya tidak untuk PSMS.
Meski Liga 2 tidak diperbolehkan pemain asing, seleksi pemain harus tetap menjadi perhatian PSMS Medan jelang Liga 2 2019, karena tentu saja target Ayam Kinantan adalah kembali promosi.
2. Buruknya Manajemen Klub
Manajemen PSMS Medan memang menjadi salah satu titik sorot para pecinta Ayam Kinantan di sepanjang Liga 1 2018. Bahkan, salah satu kelompok suporter PSMS, SMeCK Hooligan pernah menuntut agar manajemen mundur.
"Tetap menyuarakan mundur. Hasil buruk ini karena manajemen pengurus yang tak mampu mengatur klub ini menjadi lebih baik. Pengurus harus diganti kalau mau PSMS ini maju," ucap Lawren selaku Ketua SMeCK kepada INDOSPORT pada pertengahan Juli lalu.
Tidak hanya SMeCK, kelompok suporter PSMS lain, seperti KAMPAK, PSMS Fans Club juga sudah menyatakan sikapnya yang menuntut manajemen agar mundur dari kepengurusan klub.
Bahkan di beberapa pertandingan kandang Liga 1 2018 lalu, flare dinyalakan oleh kelompok suporter sebagai bentuk protes kepada manajemen yang buruk. Hal ini termasuk masalah mendasar bagi PSMS Medan.
3. Kualitas Pertahanan
Kualitas pertahanan PSMS Medan menjadi yang terburuk di antara semua kontestan Liga 1 2018. Bayangkan saja, sebanyak 70 gol bersarang di gawang PSMS Medan.
Kualitas pertahanan PSMS Medan sangatlah buruk, dengan rincian 36 gol di paruh pertmaa dan 34 gol di paruh kedua. Sungguh memalukan.
Padahal, jika melihat komposisi pertahanan PSMS Medan yang dihuni empat bek, dua di antaranya adalah legiun asing, Reinaldo Lobo dan Alexandros Tanidis. Belum lagi eks pemain Timnas Indonesia, Muhammad Roby yang juga bergabung ke PSMS.
Karena kualitas pertahanan yang sudah terbukti buruk di Liga 1 2018, PSMS Medan harus segera membenahinya agar mereka tidak jadi lumbung gol di Liga 2 2019.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga 1 2018 Lainnya Hanya di INDOSPORT