Sumber Kekayaan Klub Promosi Liga 1 2019: PSS Sleman
FOOTBALL265.COM - PSS Sleman sukses kembali bermain di kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1 musim depan. Kepastian tersebut didapat setelah mereka menjuarai Liga 2 musim ini.
Terakhir kali PSS berada di kasta tertinggi terjadi pada2007 atau 11 tahun silam, ketika masih bernama Divisi Utama yang terbagi dalam dua wilayah.
Keberhasilan PSS promosi juga tak lepas dari perubahan finansial mereka yang menjelma jadi tim kaya, untuk menopang anggaran belanja pemain musim lalu dan menyambut Liga 1 2019.
Adapun beberapa sumber pendapatan PSS adalah dari sponsor, penjualan merchandise dan tiket pertandingan. Di laga kandang saja, PSS mampu meraup keuntungan kotor dari penjualan tiket sebesar Rp500 juta lebih.
Diantaranya melawan PSGC Ciamis (Rp 827 Juta), Persibangga Purbalingga (Rp 600 Juta), Persip Pekalongan (Rp 785 Juta) dan Cilegon United (Rp 830 Juta).
“Benar, tiket pertandingan kandang masih jadi sumber pendapatan terbesar. Kami berharap musim ini penjualan tiket kembali maksimal, agar bisa menopang kebutuhan tim,” kata Asisten Manajer PSS Sleman, Dewanto Rahadmoyo.
Tak hanya itu, faktor lain finansial PSS cukup kuat juga bersumber dari kekayaan beberapa pemiliknya yakni Soekeno, keluarga besar Supardjiono-Subardi, dan besan mantan Presiden Republik Indonesia. Seperti apa profilenya? Berikut INDOSPORT mengulasnya.
1. Soekeno: Pemilik Saham Mayoritas
Soekeno merupakan CEO dari Muncul Grup, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis mesin fotokopi. Muncul Grup telah banyak memiliki anak perusahaan dengan ratusan cabang dan diler di seluruh Indonesia.
Selain itu, pria kelahiran Malang ini juga mempunyai beberapa bisnis lainnya berupa Jogja City Mall, The Rich Hotel, Top Malioboro Hotel, D’Salvatore Hotel, dan yang terbaru pusat perbelanjaan Sleman City Hall.
Sukses di dunia bisnis, Soekeno kemudian merambah ke dunia sepak bola dengan membeli mayoritas saham PSS Sleman dibawah PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) pada musim 2011/12 lalu sebanyak seribu lembar saham.
Dalam akta notaris No 78 tanggal 26 April 2012 Soekeno sebagai Direktur Pemasaran. Namun saat ini di PT PSS, pria kelahiran 18 Februari 1960 itu menjabat sebagai direktur utama klub.
2. Keluarga Besar Supardjiono-Subardi
Setelah Soekeno, nama pemilik saham mayoritas kedua di PSS Sleman adalah almarhum Supardjiono atau biasa disapa Pak Pardji. Dirinya memiliki 951 lembar saham PT PSS atau sekitar 42 persen.
Sebelum nama Pak Pardji, sang kakak lebih dulu berada di tubuh jajaran manajemen yakni Subardi atau mbah Bardi. Keduanya dikenal sangat loyal dengan PSS.
Pengusaha kontraktor itu mulai membangun PSS pada musim 2011/12, ketika sebuah klub tidak boleh lagi dapat anggaran dari pemerintah daerah atau APBD.
Selain pernah mengisi posisi Direktur Utama PT PSS, Pak Pardji juga pernah berada di kursi manajer. Prestasinya adalah mengantarkan PSS juara Divisi Utama Liga Primer Indonesia tahun 2013.
Pak Pardji sendiri meninggal pada 24 Agustus 2016 silam, di Kantor PT PSS. Kini, dinasti keluarga Supardjiono-Subardi di tubuh PSS dilanjutkan oleh Dewanto Rahadmoyo Nugroho yang merupakan keponakan Supardjiono atau putra Mbah Bardi.
3. Besan Mantan Presiden RI Juga Punya Saham
Nama selanjutnya pemilik saham PSS yang menjadi sumber pendaan tim adalah Bambang Sukmonohadi, dengan memegang 150 lembar saham atau sebanyak 7 persen.
Putra Bambang, yakni Hapsoro Sukmonohadi adalah suami Puan Maharani, yang tak lain adalah putri dari anak mantan Presiden RepubliK Indonesia, Megawati Soekarno Putri.
Bambang hadir sejak awal terbentuknya PT PSS, ketika Pengcab PSSI Sleman tak mampu membentuk perseroan terbatas sesuai regulasi PSSI. Bupati Sleman, Sri Purnomo ketika itu meminta Bambang dan Soekeno membentuk PT untuk mengelola klub Super Elang Jawa.
4. Pemilik Saham Lainnya
Tak hanya tiga, ada beberapa nama lainnya yang memiliki saham di PT PSS, namun skalanya tidak terlalu besar. Yoni Arseto dan Antonius Rumadi, memiliki 50 lembar saham.
Yoni adalah pengusaha pemilik sebuah SPBU di Jalan Kaliurang. Sedangkan Rumadi adalah pensiunan guru SMA, dan pernah menjabat sebagai manajer dan manajer operasional PSS Sleman.
Dua pemilik saham terakhir adalah Djaka Waluja dan Pudji Prasetyo. Masing-masing mempunyai saham sebanyak 25 lembar atau senilai Rp 25 juta.
Saat ini, Djaka menduduki posisi sebagai Humas PT PSS. Ia juga pernah menjabat sebagai bendahara, dan direktur keuangan PT PSS. Sementara Mbah Pudji saat ini berposisi sebagai Sekretaris PT PSS.