Profil Stadion Utama Riau, Calon Kandang Baru Semen Padang di Liga 1 2019
FOOTBALL265.COM - Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1 musim depan akan kembali dimeriahkan oleh salah satu klub yang berasal dari Sumatera Barat, yakni Semen Padang.
Kepastian tersebut diperoleh setelah klub berjuluk Kabau Sirah itu, menjadi finalis Liga 2 2018 lalu. Namun sekembalinya ke Liga 1, Semen Padang mempunyai beberapa kendala salah satunya adalah faktor infrakstruktur yakni Stadion.
Stadion H. Agus Salim yang selama ini menjadi kandangnya, dinilai belum memenuhi standar kelayakan yang ditetapkan untuk berkompetisi di Liga 1 musim depan oleh PT Liga Indonesia Baru (PT LIB).
"Iya kita ditegur oleh LIB dan PSSI mengenai kondisi lapangan dan penerangan. Kalau promosi ke Liga 1, itu harus segera dibenahi," ucap manajer Semen Padang, Win Bernadino.
Hal tersebut membuat Semen Padang langsung bergegas, untuk memperbaiki Stadion H. Agus Salim dan berencana bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Padang.
"Diharapkan dengan adanya Rancangan Anggaran dan Biaya (RAB) perbaikan ya, ini kita bawa ke Pemkot Padang selaku pengelola stadion. Karena kita perlu bicarakan perbaikan ini," lanjutnya.
Namun, jika proyek renovasi belum kunjung rampung hingga kick-off Liga 1 dimulai, Semen Padang terpaksa harus menjadi tim musafir.
Manajemen Kabau Sirah pun telah melirik salah satu stadion bekas PON, untuk digunakan sebagai kandang Semen Padang musim depan, yakni Stadion Utama Riau, di Pekanbaru.
"Yang terdekat kemungkinannya ya di Pekanbaru. Tapi kan tetap harus verifikasi dulu. Kita masih berharap besar tetap berkandang di Stadion H. Agus Salim," tandas Win Bernadino.
Berikut INDOSPORT mengulas profil dan sejumlah fakta menarik dari Stadion Utama Riau:
1. Profil Singkat
Stadion Utama Riau dibangun sebagai kebutuhan penyelenggaraan PON ke-18, ketika Riau terpilih sebagai tuan rumah pada tahun 2012 lalu.
Membutuhkan waktu selama tiga tahun dari 2009 hingga 2012, untuk merampungkan stadion berkapasitas 44 ribu penonton ini.
Menghabiskan dana sebanyak Rp1,18 triliun, pada akhirnya stadion ini pun rampung, dan menjadi salah satu stadion termegah di Indonesia kebanggaan masyarakat Riau.
2. Pernah Digunakan Timnas
Sebelum digunakan untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-18, Stadion Utama Riau rupanya pernah digunakan sebagai kandang Timnas Indonesia U-22, dalam ajang Kualifikasi Piala Asia pada tahun 2012 silam.
"Baru saja beberapa hari lalu, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin bertemu dengan saya. Untuk meminta kesediaan Riau sebagai tempat penyelenggaraan Kualifikasi Piala Asia U-22," ujar gubenur Riau, Rusli Zaenal kala itu, Kamis (10/05/12).
Sebelumnya, AFC secara resmi telah memilih Riau sebagai tempat dihelatnya Kualifikasi Piala Asia U-22. Dua venue yang akan menggelar laga-laga tersebut adalah Stadion Utama Riau dan Stadion Kaharudin Nasution.
Timnas Indonesia U-22 sendiri tergabung di Grup E bersama Australia, Jepang, Singapura, Makau, dan Timor Leste kala itu.
3. Punya Cerita Kelam
Dibalik kemegahannya, Stadion Utama Riau ternyata mempunyai cerita kelam. Bangunan ini sempat terbengkalai dalam beberapa tahun, usai digunakan PON 2012 lalu.
Pemerintah Provinsi Riau harus menanggung hutang hingga ratusan miliar, akibat menunggak pembayaran dana talangan kepada kontraktor yaitu PT Adhi Karya. Totalnya hingga Rp240 miliar, termasuk bunga sebesar Rp50 miliar.
Namun, hutang yang sudah berlangsung dari tahun 2012 hingga 2017 itu akhirnya lunas, setelah Pemprov Riau membayarnya lewat anggaran APBD pada Februari 2018 lalu.
"Kita sudah melunasi sisa pembayaran Stadion Utama Riau dengan anggaran APBD tahun 2017. Dengan demikian, mulai sekarang stadion itu menjadi milik rakyat Riau," kata Gubernur, Riau Arsyadjuliandi Rachman beberapa waktu lalu.
Permasalahan tak hanya sampai di situ saja. Pembangunan Stadion Utama Riau juga harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Beberapa anggotan DPRD dan pejabat Provinsi Riau, harus mendekam di rutan KPK lantaran terbukti melakukan tindak pindana korupsi dalam proyek tersebut.
Akibat hal tersebut hampir saja penyelenggaraan PON 2012 batal digelar, lantaran sejumlah venue belum rampung sepenuhnya. Bahkan, PON 2012 tercatat sebagai event olahraga terburuk yang pernah ada di Indonesia.