Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: PSSI
FOOTBALL265.COM - Perjalanan Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2020 harus terhenti secara tragis di babak kualifikasi. Tergabung di Grup K, Indonesia kalah bersaing dengan Thailand dan vietnam.
Padahal, Marinus Wanewar dkk berjaya di Piala AFF U-22 dengan merebut juara usai mengalahkan Thailand di final.
Namun, hasil berbeda didapat di Grup K ketika Indonesia digunduli 4-0 oleh Thailand dan digasak Vietnam 1-0.
Tersingkirnya Timnas U-23 pun menjadi buah bibir di mana semua pihak mulai saling menyalahkan atas tragedi yang menimpa skuat asuhan Indra Sjafri itu.
Para suporter Indonesia utamanya yang paling nyaring di media sosial menyalahkan pemain hingga pelatih Timnas.
Namun begitu, tentu saja kegagalan ini harus dievaluasi secara menyeluruh. Pemain dan pelaih memang garda terdepan dalam sepak bola.
Namun, di belakang itu, ada federasi yang juga berperan besar dalam persiapan tim.
PSSI, dalam hal ini, jelas tak bisa lolos dalam evaluasi. Ada sejumlah catatan merah dari PSSI yang berkontribusi terhadap kegagalan timnas.
1. Persiapan Mepet
PSSI sempat melakukan perombakan pada formasi pelatih menyusul hasil buruk di Piala AFF 2018 dan juga Piala AFC U-19.
Pada dua turnamen tersebut, Indonesia babak belur. Timnas Indonesia senior asuhan Bima Sakti gagal total di AFF, sementara Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri gagal lewati hadangan Jepang.
Pada akhir Desember 2018, PSSI pun resmi menunjuk Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-22. Sementara Bima Sakti 'diturunkan' menjadi pelatih tim U-16.
Penunjukkan ini terbilang mepet mengingat skuat Timnas U-22 asuhan Indra Sjafri harus berlaga di Piala AFF U-22 pada Februari 2019.
Itu artinya, Indra hanya punya waktu efektif satu bulan untuk persiapan tim. Indra sendiri bahkan mengaku hanya ingin menjadikan Piala AFF U-22 sebagai ajang pemanasan jelang kualifikasi AFC U-23 2020.
Persiapan pun dilakukan hanya dengan melawan klub-klub lokal.
Namun, di luar dugaan Timnas keluar sebagai juara pada Piala AFF U-22 lantaran pesaing-pesaing mereka seperti Thailand dan vietnam tidak tampil dengan kekuatan penuh.
Trofi juara pun membuat persiapan kualifikasi menjadi lebih 'santai'. Alih-alih uji coba melawan tim peserta, Indonesia cuma mengagendakan satu laga uji coba, yakni lawan Bali United.
PSSI sepertinya sudah terlanjur nyaman dengan uji coba 'sederhana' melawan klub-klub lokal. Padahal, jelas kekuatan klub-klub lokal berbeda dengan peserta kualifikasi Piala Asia U-23 2020.
Jadwal 'Hura-hura'
Tim juara memang patut untuk dirayakan. Namun, publik tentunya setuju jika euforia Timnas Indonesia U-23 beberapa waktu lalu adalah berlebihan.
Bagaimana mungkin di tengah persiapan yang mepet jelang kualifikasi, skuat U-23 sempat-sempatnya diundang ke sebuah acara musik.
Padahal, undangan Presiden Joko Widodo saja sudah dianggap cukup berlebihan bagi sebagian orang.
Sanking terlenannya, Indra Sjafri dan kolega seperti lupa bahwa Thailand dan Vietnam telah memanggil belasan pemain terbaik mereka yang absen di AFF U-22 untuk main di kualifkasi Piala Asia U-23 2020.
2. Internal Federasi Carut Marut
Bohong rasanya jika kita menganggap Timnas Indonesia tak terpengaruh dengan carut marut yang terjadi di PSSI.
Sekjen dan petinggi lainnya mungkin bisa bilang timnas tak terpengaruh dengan masalah internal PSSI. Namun, sebagai sebuah kesatuan, tentunya tetap akan ada dampak bagi persiapan tim.
PSSI mengalami goncangan internal luar biasa bebeberapa bulan ini. Setelah Edy Rahmayadi mundur, Plt. Ketum, Joko Driyono, ditangkap oleh satgas antimafia bola.
Joko Driyono ditangkap bersama dengan petinggi-petinggi lainnya.
Hampir bersamaan dengan perjuangan timnas di kualifikasi Piala Asia U-23 2020, PSSI pun baru menunjuk Gusti Randa sebagai ketum sementara.
Penunjukkan ini pun menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat.
Timnas Indonesia U-23 jelas membutuhkan dukungan penuh dari federasi. Namun di waktu bersamaan, petinggi federasi justru disibukkan permasalahn kriminal.
Persiapan uji coba pun menjadi tak maskimal, padahal itu tanggung jawab dari PSSI.
Keteledoran PSSI?
Entah terpengaruh dari internal yang carut marut atau tidak, PSSI kembali menjadi sorotan dalam kasus yang menimpa Ezra Walian.
Sudah jauh-jauh datang dari Belanda, Ezra Walian justru batal memperkuat timnas. Alasannya, FIFA melarang Ezra lantaran melanggar beberapa pasal di federasi terkait kewarganegaraan pemain.
Publik pun bertannya, bagaimana mungkin hal fatal seperti ini bisa luput dari PSSI?
Lebih parahnya lagi, setelah dikaji lebih mendalam, Ezra Walian sejatinya dapat memperkuat Indonesia asalkan PSSI mampu memberikan dokumen-dokumen pendukung yang lengkap.
Bisa jadi, FIFA sendiri sampai saat ini belum mengetahui jika Ezra Walian memiliki ayah berasal dari Manado, Indonesia.
Kondisi ini tentu saja berpengaruh kepada persiapan tim. Kekuatan tim pun berkurang dengan gagalnya Ezra bergabung.
Kesimpulan
Tersingkirnya Timnas Indonesia dari kualifikasi Piala Asia U-23 adalah kegagalan bersama. Namun, pemain dan pelatih bukanlah pihak yang sepenuhnya disalahkan.
PSSI sebagai sebuah federasi terbukti tidak menjalankan perannya dengan cukup baik sehingga berdampak pada merosotnya prestasi Timnas U-23 baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terus Ikuti Perkemangan Sepak Bola Indonesia dan Berita Olahraga Lainnya Hanya di FOOTBALL265.COM.