Arema FC vs Persebaya: Bagaimana Cara Djanur Meraih Kemenangan di Malang?
FOOTBALL265.COM - Persebaya Surabaya harus rela gagal meraih kemenangan atas Arema FC di leg pertama final Piala Presiden 2018, Selasa (09/04/19).
Alih-alih meraih kemenangan, Persebaya yang didukung lebih dari 50 ribu Bonek Mania yang memadati Stadion Gelora Bung Tomo dipaksa bermain imbang 2-2.
Padahal, Persebaya sempat unggul sampai dua kali atas Arema. Namun, Arema yang tampil baik dapat memaksakan hasil imbang.
Ribuan fans berharap Persebaya dapat meraih kemenangan besar di kandang demi memuluskan langkah di leg kedua. Sayang, harapan itu gagal terpenuhi.
Namun, bukan berarti Persebaya tanpa peluang. Walau jadi tim underdog di leg kedua, Persebaya sangat mungkin untuk menumbangkan Arema. Asalkan, pelatih Djadjang Nurdjaman melakukan sejumlah perubahan penting.
1. Titik Lemah Persebaya
Persebaya sejatinya tampil dengan skema yang kurang lebih sama saat menyingkirkan Madura United di semifinal.
Bajul Ijo main dengan formasi 4-2-1-3 yang menempatkan trio Jalilov, Irfan Jaya, dan Amildo Balde di depan serta M. Hidayat, Misbakus, dan Damian Lizio yang menyokong di tengah.
Sementara di lini belakang ada empat bek sejajar yakni Syaifuddin, Otavio Dutra, Hansamu Yama, dan Novan Sasongko plus Miswar Saputra di bawah mistar gawang.
Persebaya bermain dengan skema utama mereka yakni mengandalkan kecepatan serangan kedua penyerang sayap, yakni Manu Jalilov dan Irfan Jaya.
Mereka bermain dengan umpan-umpan pendek sebelum akhirnya mengirimkan kepada kedua penyerang sayap.
Cara ini efektif di mana Irfan Jaya sukses mencetak gol pada menit 6' usai menerima uman Otavio Dutra dari lapangan tengah.
Namun, permainan Persebaya mulai goyang berkat kesalahan yang dilakukan oleh barisan belakang mereka sendiri.
Berawal dari umpan pendek kiper Miswar Saputra ke Otavio Dutra, Fandi Eko Utomo yang diberikan operan seperti tak menyangka pressing ketat yang dilakukan anak-anak Arema.
Hendro Siswanto pun dengan sigap merebut bola dan berlari ke kotak penalti untuk melepaskan tendangan kencang yang sudah menjadi ciri khasnya.
Di sinilah salah satu titik lemah Persebaya. Para pemain Bajul Ijo tak mampu mengantisipasi pressing ketat yang dilakukan pemain-pemain Arema.
Gol Hendro Siswanto tak terjadi begitu saja. Gol ini tercipta setelah tiga pemain depan Singo Edan melakukan pressing ke barisan pertahanan Persebaya tiap memegang bola.
Arema juga menyiapkan transisi bertahan dan menyerang yang cukup baik. Para gelandang mereka tak lantas diam melihat rekannya di depan yang maju melakukan pressing.
Para gelandang bertugas menjaga area antara titik tengah dan kotak penalti Persebaya.
Dengan cara ini Persebaya seperti tampil tertekan dan tak banyak pilihan dalam mengoper bola sehingga memaksa mereka melakukan kesalahan seperti pada gol Hendro Siswanto.
Pemain Persebaya yang mengetahui tingginya garis serangan Arema FC sayangnya masih sering memainkan bola di area sendiri.
Terutama kiper Bajul Ijo, Miswar Saputra, yang sering membangun serangan dari bawah (mungkin atas intruksi pelatih).
Arema pun mendapatkan sejumlah peluang dari cara ini, sayang mereka gagal memanfaatkannya dengan baik.
Terpaku Skema Utama
Kesalahan kedua dari Persebaya adalah karena Djadjang Nurdjaman yang terlalu terpaku pada skema utama mereka, yakni serangan dari sayap.
Padahal, Amido Balde sering kalah duel dengan bek Arema, Arthur Cunha dan juga Hamka Hamzah.
Cara ini terus dilakukan Persebaya di babak pertama dan kedua. Djadjang Nurdjaman seperti enggan untuk merubah skema.
2. Bagaimana Cara Djanur Meraih Kemenangan?
Pelatih Djadjang Nurdjaman jelas harus menyiapkan taktik yang bisa memberikan kemenangan bagi Persebaya di Malang
Persebaya harus targetkan kemenangan lantaran hasil imbang sangat berisiko bagi Bajul Ijo.
Arema sukses mencetak dua gol di Surabaya. Itu artinya jika laga berakhir imbang 0-0 atau 1-1, maka Persebaya tersingkir.
Sementara jika berakhir 2-2, pertandingan masih harus dilanjutkan ke babak adu penalti.
Djanur bisa belajar dari kesalahan yang ada di leg pertama. Bagaimana cara agar barisan pertahanan mereka lebih berhati-hati dan disiplin dalam membangun serangan. Terutama operan-operan pendek dari kiper.
Persebaya juga wajib meminimalisir kesalahan sekecil mungkin lantaran gol-gol Arema di leg pertama adalah hasil dari kesalahan Fandi Eko dan kiper Miswar Saputra dalam mengantisipasi bola.
Selain itu, gelandang bertahan Persebaya juga harus berada lebih dekat dengan bek agar jarak bola tidak terlalu jauh.
Mengandalkan serangan dari sisi sayap masih oke asalkan tidak monoton. Persebaya bisa mengimbangi dengan serangan dari tengah yang dibangun oleh Damian Lizio.
Arema FC terbukti kewalahan dalam mengantisipasi serangan Persebaya yang dibangun dari lini tengah, terutama oleh Damian Lizio.
Persebaya bisa tetap mengandalkan pada penguasaan bola, asalkan tidak ada kesalahan elementer dalam passing.
Perhatian khusus perlu diberikan pada Amido Balde. Striker yang tergolong subur ini seperti mati kutu di leg pertama.
Djanur harus cari cara agar Amido Balde dapat berperan efektif di lini depan Bajul Ijo. Bagaimanapun juga, Amido Balde memiliki potensi besar sebagai mesin gol di leg kedua nanti.