Simic Ingin Naturalisasi, Indonesia Harus Berkaca dari Malaysia
FOOTBALL265.COM – Belakangan ini, Marko Simic mengaku siap menjadi WNI. Situasi itu membuat Timnas Indonesia harus berkaca pada Malaysia dalam proses naturalisasi pemain.
Simic secara terang-terangan mengungkapkan bahwa dirinya tidak keberatan menjadi WNI dan beragung ke Timnas Indonesia. Itu ia ungkapkan saat diwawancarai oleh media Kroasia, Jutarnji.
“Saya bisa saja mendapatkan paspor Indonesia dalam waktu dekat dan bermain untuk tim nasional mereka,” katanya kepada Jutarnji.
“Itu (menjadi WNI) akan menguntungkan saya, karena sebagai orang Asia saya bisa bermain untuk berbagai klub di sana dan hal tersebut akan membantu saya menolong keluarga saya secara finansial,” lanjutnya.
Apabila PSSI benar-benar menanggapi serius pernyataan Simic ini, maka bukan tidak mungkin suatu saat nanti sang bomber andalan Persija bisa tampil bersama Timnas Indonesia.
Itu tentunya akan sangat menguntungkan bagi Timnas Indonesia. Mengingat, Simic merupakan salah satu penyerang terbaik yang ada di kompetisi Liga 1.
Dirinya selalu tampil konsisten sejak 2018 lalu. Menurut laporan situs Transfermarkt, striker berusia 32 tahun tersebut berhasil menyumbangkan 56 gol dari 77 laga di semua ajang.
Meski Simic mampu memperlihatkan peningkatan dalam produktivitas gol di setiap musimnya, namun hal itu tak menjamin kesuksesan sang striker di level internasional.
Mengingat, situasi itu sempat menimpa mantan striker Persib Bandung, Sergio van Dijk. Pemain keturunan Belanda itu cuma mencetak satu gol untuk TImnas Indonesia.
Padahal di Liga Indonesia, Van Dijk menjadi salah satu bomber berbahaya. Itu menjelaskan bahwa kualitasnya di level klub tak jadi jaminan bagi Timnas Indonesia.
Agar situasi tersebut tidak terulang lagi, maka PSSI tak perlu malu untuk belajar dari federasi sepak bola Malaysia (FAM) dalam urusan naturalisasi pemain.
FAM sendiri sedang gencar mencari pemain naturalisasi untuk memperkuat Timnas Malaysia. Namun, mereka tidak sembarangan dalam menentukan pemainnya.
FAM memiliki standar tinggi untuk menaturalisasi pemain, salah satunya mengenai bakat dan kemampuannya. Sehingga, tak sembarang pemain yang bisa mendapat kewarganegaraan Malaysia.
Otoritas sepak bola Malaysia itu sudah memiliki badan khusus naturalisasi, yakni Komite Program Naturalisasi FAM. Itu melibatkan pelatih-pelatih ahli untuk mendapatkan pemain terbaik.
Beberapa waktu lalu, Malaysia sedang gencar dikaitkan dengan gelandang 21 tahun, Wan Kuzain, yang bermain bersama Sporting Kansas City di MLS.
"Semua pemain, termasuk Wan Kuzain yang berada di luar negeri untuk dipanggil harus melalui panitia peninjauan atau pengamatan," kata wakil presiden FAM, Yusoff Mahadi, dikutip dari Harian Metro.
"Jika dia pemain yang hebat dan berbakat, tentu saja panitia akan merekomendasikan kepada kami untuk didiskusikan," lanjutnya.
"Jika kami bisa mendapatkan pemain ke tim nasional, kami harus menyambut pemain seperti mereka. Tapi mereka juga harus memenuhi level yang kita inginkan," tegasnya.
Cara FAM dalam mencari pemain naturalisasi ini terbilang cukup tegas. Sebab, mereka memiliki indikator yang cukup tinggi dalam memilih pemain naturalisasi.
Sejauh ini, pemain naturalisasi Malaysia barulah Mohamadou Sumareh, pemain asal Gambia yang masih berusia 28 tahun.
Cara FAM itu sedikit berbeda dengan Indonesia. Asal memenuhi syarat dalam UU Nomor 12 tahun 2006, pemain di Indonesia memiliki hak untuk mengajukan proses naturalisasi.
Alhasil, banyak pemain naturalisasi Indonesia yang usianya terbilang tua. Terlebih beberapa proses naturalisasi pemain di tanah air hanya untuk menguntungkan klub saja.
Situasi itu berbanding terbalik dengan Malaysia yang benar-benar mengutamakan kesuksesan tim nasionalnya. Karena hal itu menjadi tugas federasi.
Tak peduli dia main di klub Eropa, jika tak memenuhi syarat FAM tak akan mengizinkan sang pemain masuk ke Timnas Malaysia.
Nah, jika Simic saat ini benar-benar ingin gabung ke Timnas Indonesia, maka PSSI harus menerapkan standar yang layak. Tak peduli seberapa sukses Simic di Liga 1 bersama Persija Jakarta.