3 Momen Plin-plan Lionel Messi, Ingin Cabut tapi Ujung-ujungnya Batal
FOOTBALL265.COM - Keinginan Lionel Messi untuk pergi dari Barcelona saat ini bukan pertama kalinya terjadi. Tercatat, bintang berkebangsaan Argentina itu pernah mengutarakan hal serupa tiga kali, namun ujung-ujungnya selalu batal.
Lionel Messi membuat kejutan dengan keinginannya hengkang dari Barcelona di bursa transfer musim panas ini. Melalui pengacaranya, dia meminta pengaktifan klausul untuk mengakhiri kontraknya agar bisa pindah dengan status bebas transfer.
Keinginan Messi pergi dari Camp Nou berawal dari kekecewaannya terhadap performa buruk sepanjang 2019-2020 yang berujung pemecatann Quique Setien, ditambah penunjukkan Ronald Koeman sebagai pengganti.
Barcelona sejatinya belum siap berpisah dengan superstar berkebangsaan Argentina ini. Akan tetapi klub mengizinkan hal itu terjadi bila mereka bisa mendapatkan 200 juta pound (sekitar Rp3,8 triliun) dari transfer tersebut.
Lionel Messi sendiri masih memiliki sisa waktu satu tahun dari kontrak terbarunya yang dia tanda tangani pada 2017. Dengan klausul pelepasan sudah melewati tenggat waktu 10 Juni kemarin, bukan mustahil keinginannya untuk pergi gagal terwujud.
Untuk saat ini negosiasi mengenai masa depan Messi masih jadi perdebatan, namun siapa tahu Messi tidak jadi hengkang dan meneruskan langkahnya di Barca di bawah asuhan Ronald Koeman.
Sejatinya, ini bukan pertama kalinya Messi mengutarakan keinginan pergi dari Barcelona. Selama 20 tahun kariernya di Camp Nou, pemain berusia 33 tahun itu setidaknya pernah mengatakan hal serupa tiga kali.
Baiknya, sobat INDOSPORT menilik kembali tiga momen saat Lionel Messi benar-benar menyerah dan ingin mengakhiri perjalanan kariernya di Camp Nou:
2014: Tahunnya Tata Marino
Tata Marino pernah menukangi Barcelona di musim 2013-2014 menggantikan Tito Vilanova yang sedang sakit. Di bawah asuhan Tata Marino, Barcelona menghadapi musim yang buruk bagi Messi.
Selain diterpa badai cedera pemain, performa Barcelona juga terpuruk. Mereka kalah dari Real Madrid yang tidak diperkuat Cristiano Ronaldo di final Copa del Rey, disikat Atletico Madrid di Liga Champions, dan menyaksikan Atletico menjuarai LaLiga Spanyol di Camp Nou.
Beberapa pekan sebelum akhir musim. Messi mengunjungi Vilanova di rumah sakit dan mengutarakan keinginannya untuk pergi. Tetapi mantan pelatih yang sudah meninggal dunia itu meyakinkan Messi tetap bertahan.
1. 2016: Masalah Pajak
Berlabel superstar tetap tidak menghindarkan Lionel Messi dari masalah pajak pada September 2015, ketika otoritas pajak meminta hakim menyelidiki Messi atas kejahatan fiscal dan membuat Spanyol gempar. Dia pun merasa tuduhan itu merupakan suatu penganiayaan terhadap dirinya.
“Saat itu saya berpikir untuk pergi, bukan karena saya ingin meninggalkan Barcelona tapi karena saya berpikir untuk meninggalkan Spanyol. Saya merasa diperlakukan buruk dan saya tidak ingin berada di sini lebih lama lagi,” kata Messi kepada RAC1 tahun lalu.
Messi sendiri saat itu sangat percaya diri bahwa akan ada banyak klub yang mau menampungkan selepas dari Barcelona. Akan tetapi pemain 33 tahun itu sedang menikmati masa-masa indahnya bersama Barcelona.
Messi sedang menikmati duet maut antara Luis Suarez dan Neymar di lini depan yang membantu Barcelona tampil cemerlang kala itu. alhasil dia pun memutuskan tidak pergi dan rela mendapatkan hukuman penjara yang ditangguhkan dan denda.
2016: Adios, Argentina!
Sebenarnya ini tidak berhubungan sama sekali dengan Barcelona, namun negaranya. Lionel Messi disebut-sebut pernah kecewa dengan timnas Argentina setalah mencatatkan hasil buruk di tahun itu.
Timnas Argentina yang dipimpin Messi kalah di final Copa Amerika 2016 melawan Chile lewat adu penalti. Ini menjadi pukulan besar bagi Messi yang meledak di tepi lapangan usai pertandingan.
“Di ruang ganti saya pikir waktu saya bersama timnas sudah habis, itu bukan untuk saya dan itulah yang saya rasakan saat ini,” kata Messi kala itu.
“Kami tidak puas sampai ke final dan tidak memenangkannya. Saya berusaha keras menjadi juara bersama Argentina, tapi itu tidak terjadi, saya tidak bisa mencapainya.”