Mengenang Musim 2000/01, Masa Kejayaan Roma yang Kini Masih Sulit Dirasakan Lagi
FOOTBALL265.COM - Kompetisi musim 2000/01 akan selalu dikenang sebagai masa terbaik AS Roma usai sukses meraih gelar juara Serie A Liga Italia.
Meski sempat terjerembab di zona papan bawah, AS Roma mulai menunjukkan tajinya dalam ajang Serie A Liga Italia 2020/21, dan juga saat 'merantau' ke Liga Europa.
Sejatinya, selama tiga bulan bergulirnya kompetisi musim 2020/21, Roma bisa menjadi salah satu klub Seriea A Liga Italia yang masih bersih dari kekalahan.
Catatan itu pada akhirnya tak terjadi setelah mereka dianggap kalah 0-3 dari Hellas Verona, meskipun setelah pertandingan berakhir, tidak ada gol yang tercipta.
Kekalahan 0-3 itu sendiri merupakan hukuman yang diberikan FIGC kepada Roma karena memainkan Amadou Diawara, yang saat itu belum terdaftar sebagai pemain melawan Verona. Sempat mengajukan banding, pada akhirnya Roma pun hanya bisa pasrah menerima hukuman tersebut.
Setelah kekalahan akibat regulasi tersebut, Roma seolah seperti 'kesetanan' performanya. Enam laga Serie A Liga Italia 2020/21 berturut-turut mereka jalani tanpa pernah kalah. Rinciannya empat menang dan dua imbang (kontra Juventus dan AC Milan).
Terbaru, mereka berhasil memenangkan laga kontra Genoa denga skor 3-1. Henrikh Mkhitaryan dalam laga tersebut layak disebut sebagai MVP setelah mampu mencetak hattrick pertama dalam kariernya.
Tak hanya di kancah Serie A Liga Italia, ketajaman Roma juga terlihat saat pasukan Serigala Ibukota menguji kekuatannya di Liga Europa 2020/21. Tergabung di Grup A, tim besutan Paulo Fonseca juga belum kalah (dua kali menang dan sekali imbang).
Laga terakhir Roma di Liga Europa juga berakhir fantastis. Menjamu CFR Cluj di Olimpico, Pedro Rodriguez dkk sukses pesta gol dan menang telak dengan skor 5-0.
Hasil memuaskan Roma tersebut pun membuat banyak pihak menyebut ini merupakan masa terbaik rival satu kota Lazio itu. Namun, pada kenyataanya kompetisi musim 2000/01 akan selalu dikenang sebagai masa terbaik dan terindah Roma.
Setelah penantian 17 tahun, klub yang identik dengan warna merah maroon tersebut akhirnya bisa kembali merasakan nikmatnya meraih scudeto, alias juara Serie A Liga Italia. Semua itu bisa tercipta lantaran racikan Fabio Capello dan kedalaman skuat Roma saat itu.
Magis Capello dan Kengerian Totti-Batistuta
Meraih empat gelar juara Serie A Liga Italia bersama AC Milan dan satu trofi Liga Champions, Fabio Capello melanjutkan prestasinya dengan membawa Real Madrid dua kali menjuarai LaLiga Spanyol.
Berbekal prestasi mentereng, Roma pun memberikan tawaran kontrak kerja ke Capello, yang sempat menganggur pasca tak memperpanjang kontrak dengan Milan. Kesempatan melatih klub kedua yang pernah ia perkuat saat jadi pemain pun tak disia-siakan oleh Capello.
Capelo pun resmi diperkenalkan sebagai pelatih baru Roma sebelum kompetisi 1999/2000 bergulir. Ia menggantikan Zdenek Zeman yang telah menjadi juru taktik Roma selama dua musim.
"Saya membawa Capello untuk gelar juara dan memberi dorongan performa yang diharapkan oleh para fans. Capello adalah seorang pemenang dan saya menaruh harapan penuh padanya."
Kalimat itu sendiri keluar dari mulut mantan presiden Roma, Franco Sensi saat berpidato menyambut kedatangan Capello sebagai pelatih Giallorossi.
Pada musim perdananya, Capello belum terlalu banyak mengangkat performa Roma. Di musim 1999/2000, mereka mencatat 14 kemenangan, 12 kali imbang, dan delapan kali kalah. Hasilnya mereka hanya finish di peringkat enam dengan torehan 54 poin.
Di tahun keduanya, Roma berhasil membuat sebuah kegegeran di bursa transfer. Bagaimana tidak, mereka berhasil mendapatkan tanda tangan Gabriel Batistuta. Dengan mahar sebesar 36,2 juta euro (sekitar Rp605 miliar), kedatangan Batistua dari Fiorentina jadi salah satu transfer termahal saat itu.
Batistuta sendiri nantinya menjadi tandem sang kapten, Francesco Totti. Sejak saat itu, lini serang Roma pasti selalu ditakuti oleh lawan-lawannya di Serie A Liga Italia, yang cuma diisi oleh 18 peserta saja.
Petualangan pertama Capello bersama Roma di Serie A Italia 2000/01 berjalan sempurna. Menjamu Bologna, mereka menang 2-0 lewat aksi Totti dan gol bunuh diri Marcello Castellini.
Selanjutnya, mereka melakoni laga tandang dan lagi-lagi kemenangan telah berhasil mereka raih. Dua gol Batistuta dan masing-masing satu gol oleh Damiano Tommasi dan Totti membuat Roma menang 4-0, kemenangan terbesar yang mereka raih di musim 2000/01.
Pada 1 November 2000, Roma akhirnya merasakan kekalahan perdananya. Berhadapan dengan Inter Milan, publik Stadio Giuseppe Meazza bersorak saat tim kesayangannya mengalahkan Roma dengan skor 2-0.
Juventus sendiri menjadi pesaing terbesar Roma saat itu untuk meraih gelar juara Serie A Liga Italia 2000/01. Lucunya saat memasuki pertandingan terakhir, Juventus sempat memimpin dengan koleksi 73 poin, sementara Roma di tempat kedua dengan 72 poin.
Namun, saat itu Roma masih punya satu laga tersisa kontra Parma. Pertandingan keduanya pun bergulir pada 17 Juni 2001 silam.
Bertempat di Olimpico Stadium, para fans Roma tak kuasa meluapkan kebahagiaanya setelah tim tercintanya meraih kemenangan 3-1 atas Parma. Masing-masing gol kemenangan itu dicetak oleh Totti, Montella, dan Batistuta.
Dengan tambahan tiga poin tersebut, Roma berhasil menggeser Juventus di puncak klasemen. Mereka menjadi kampiun Serie A Liga Italia 2000/01 dengan koleksi 75 poin.
Dilihat dari statistiknya, Roma selama kompetisi Serie A Liga Italia 2000/01 mencatatkan 22 kemenangan, sembilan hasil imbang, dan hanya tiga kali kalah. Batistuta sendiri keluar sebagai top skor klub dengan torehan 20 gol.