Gabriel dan Diego Milito: Pahit dan Manis Bersaudara dalam Sepak Bola
FOOTBALL265.COM - Eks Barcelona, Gabriel Milito, dan eks Inter Milan, Diego Milito, dikenal sebagai salah satu pasangan pesepak bola bersaudara yang paling dikenal dunia.
Meski punya progres karier yang berbeda satu sama lain, mereka bisa bersinar dengan caranya dan namanya masing-masing, ketika tidak banyak kakak-beradik pesepak bola yang bisa bisa sukses secara bersamaan.
Di dunia sepak bola, nama-nama seperti Hazard, Neville, Alcantara, Gerrard, dan lain-lain punya silsilah keluarga yang juga berkecimpung sebagai pemain. Tapi tentu saja, tidak semua meraih popularitas yang sama besarnya.
Eden Hazard misalnya. Punya nama besar dan sukses tidak menjamin keberhasilan adik-adiknya yang lain sebagai pesepak bola. Lalu Steven Gerrard yang jadi legenda besar Liverpool, punya sepupu yang malah main di klub antah-berantah.
Di tengah perbedaan-perbedaan tersebut, kisah Gabriel dan Diego Milito mungkin yang paling unik di antara semuanya. Jika harus dideskripsikan, hubungan mereka punya rasa manis dan pahit ketika sudah berurusan dengan lapangan hijau.
Seperti diketahui, dua bersaudara ini pernah menjadi musuh di pertandingan akbar yang mempertemukan Barcelona dan Inter Milan, yakni semifinal Liga Champions 2009-2010.
Pertarungan Gabriel dan Diego Milito terjadi selama kurang lebih 45 menit, menyajikan sebuah tontonan menarik yang lebih dari sekadar pertemuan dua klub papan atas sekelas Blaugrana dan Nerazzurri.
Hanya terpaut 14 bulan, Gabriel dan Diego Milito tidak punya selisih usia yang cukup signifikan untuk membedakan mereka sebagai kakak dan adik. Keduanya bisa dengan mudah memperlakukan masing-masing layaknya sepasang teman.
Rival Iya, Rekan Setim Juga Iya
Sejak kecil, takdir sudah menuntun mereka ke jalan berbeda meski menekuni profesi yang sama. Sang adik, Gabriel, terlebih dahulu terjun ke dunia sepak bola dengan membela Independiente, disusul Diego yang memilih Racing Club.
Padahal, dua klub ini punya sejarah rivalitas sengit di Argentina atau yang biasa dikenal orang dengan sebutan Derbi Avellaneda. Persaingan sesama anggota keluarga di derbi ini pun terjadi mulai tahun 1999 sampai dengan 2003.
Gabriel terus mengasah kemampuannya sebagai bek di Independiente, bahkan diangkat sebagai kapten saat usianya masih 22 tahun. Sementara itu, Diego belajar jadi striker tangguh di Racing Club.
Setelah puas menapaki awal karier di Argentina, Gabriel dan Diego Milito memutuskan berpetualang ke luar negeri. Sepak bola Eropa menjadi tujuan mereka selanjutnya.
Milto bersaudara pun harus berpisah karena Gabriel terlebih dulu bergabung dengan Real Zaragoza di Spanyol, baru disusul sang kakak kemudian ke Genoa, Italia.
Diego tampil gemilang bersama Genoa dengan menyarangkan 33 gol dari 59 pertandingan pada musim 2004-2005. Namun sayang, kesuksesan mereka promosi ke Serie A harus ternoda dengan skandal pengaturan skor.
Alhasil, Genoa terkena sanksi degradasi ke Serie C1. Untungnya pada saat itu, Diego sudah dalam proses hengkang ke Real Zaragoza untuk ‘bersatu’ dengan sang adik. Akhirnya mereka jadi rekan setim di level klub.
Bonding dan insting Milito bersaudara tentu membawa keuntungan sendiri bagi Real Zaragoza, apalagi setelah Diego finis sebagai top skor klub pada musim debutnya.
Namun pada tahun 2007, mereka berpisah lagi dan sejarah mencatat bahwa Milito bersaudara kembali jadi musuh setelah masing-masing membela Barcelona dan Inter Milan di semifinal Liga Champions 2010.
Inter Milan tampil sebagai pemenang, melaju ke final, dan memenangkan trofi. Gabriel Milito tentu akan dengan senang hati melihat kesuksesan saudaranya meski sebelumnya ia dan Barcelona ditendang keluar dari kompetisi.
Bersama Barcelona dan Inter Milan pula Milito bersaudara menghias lemari trofi mereka dengan banyak penghargaan. Kakak-beradik ini mungkin keluarga pesepak bola paling sukses yang pernah ada dalam sejarah.
Hubungan keduanya juga unik, bukan hanya ‘yang satu sukses, yang satu gagal’ atau ‘yang satu terkenal, yang satu tidak’ dan semacamnya. Mereka pernah menikmati pahitnya bermain sebagai musuh dan manisnya bermain sebagai rekan setim .
Selain menjadi kebanggaan klub masing-masing, Gabriel dan Diego Milito juga aset penting dan salah satu yang terbaik milik Timnas Argentina.