Cristiano Ronaldo yang Terlalu Arogan untuk Juventus
FOOTBALL265.COM - Jika tak dibendung, sikap arogan Cristiano Ronaldo perlahan bisa menghancurkan klub raksasa Liga Italia, Juventus, dari dalam.
Situasi di internal Juventus masih gawat. Hubungan pelatih Bianconeri, Andrea Pirlo, dan sang megabintang, Cristiano Ronaldo, sedang renggang.
Selama hampir sebulan terakhir Andrea Pirlo dan Cristiano Ronaldo menghiasi pemberitaan media olahraga Italia dan dunia. Perbincangan soal dua sosok ini mulai mencuat ketika Pirlo menarik keluar Ronaldo saat laga kontra Inter Milan pada awal Februari 2021.
Wajah sang pemain pun seperti tidak senang dengan keputusan pelatihnya tersebut. Akan tetapi, Pirlo menegaskan bahwa memainkan maupun menarik pemain adalah hak mutlak pelatih.
“Tidak ada klausul di kontrak yang mengatakan ia tidak dapat diganti. Dia tahu kalau dia adalah pemain penting bagi kami, tapi untuk bermain bagus dia harus terus berada di atas (fit),” ucap Andrea Pirlo kepada Rai Sport.
Situasi di Juventus semakin memanas sesudah itu, dengan berbagai macam pemberitaan yang menyebut Ronaldo kesulitan bermain di bawah bimbingan Pirlo. Mereka bukan partner pemain-pelatih yang cocok.
Kondisi ini jelas tidak diharapkan oleh Juventus. Padahal, Andrea Pirlo yang dijuluki jenius digadang-gadang bakal membentuk kombinasi yang bagus dengan Ronaldo.
Tuduhan bahwa Cristiano Ronaldo bersikap arogan pun muncul. Di antaranya datang dari eks pemain Juve, Pasqual Bruno, dan eks bintang Timnas Italia, Antonio Cassano.
Kritikan itu merujuk pada sikap Cristiano Ronaldo yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kemajuan tim. Pasqual Bruno begitu kecewa lantaran Cristiano Ronaldo masih enggan belajar bahasa Italia meski pun ia telah hampir tiga musim bermain di Serie A Italia.
Padahal komunikasi di dalam tim sangat diperlukan. Tak mengherankan Ronaldo tak pernah diberi kesempatan menjadi kapten tim.
Walau Ronaldo sering menjadi pemain kunci dalam pertandingan, namun seringkali klub harus dikorbankan demi kebintangannya. Antonio Cassano sangat memahami keresahan ini.
1. Cristiano Ronaldo yang Terlalu Arogan untuk Juventus
Berangkat dari penampilan Cristiano Ronaldo di Liga Champions saat Juventus dikalahkan FC Porto, Cassano menilai Ronaldo hanya hidup untuk mencetak gol dan tak peduli dengan rencana pelatih dan kondisi mental para rekannya.
“Saya selalu berkata, mengingat dia adalah fenomena dan telah mencetak satu miliar gol, itu bisa jadi sulit dengan ide sepak bola Andrea Pirlo,” ungkap Cassano.
“Dia mencetak satu gol per pertandingan, itu benar, tapi kesulitan dengan ide Andrea. Dia selalu sedikit egois, dia tidak peduli orang lain mencetak gol. Dia tipe pemain yang hidup untuk mencetak gol," katanya.
Kritikan Cassano memang ada benarnya. Dalam laga melawan Inter di Coppa Italia misalnya, Ronaldo begitu marah saat diganti oleh Pirlo, padahal sang pemain sudah mencetak dua gol.
Secara tidak langsung Ronaldo tak menghargai pemain yang diberi kesempatan tampil menggantikannya. Ia juga tak menghargai taktik pelatih.
Pirlo sendiri sudah menjelaskan bahwa alasan penarikan Ronaldo semata demi kebaikan tim. Sebab, setelah pertandingan itu Ronaldo diandalkan untuk melawan AS Roma di Serie A.
Bukan cuma itu, Ronaldo juga terkena sindrom megabintang. Sama seperti Lionel Messi, Ronaldo adalah sosok yang pantang mengalah dan akan selalu ngotot untuk menang.
Seringkali hal itu menjadi sesuatu yang konyol. Baru-baru ini hal itu dipertontonkan Ronaldo saat dirinya memprotes keras wasit atas dugaan pelanggaran yang dilakukan pemain Porto. Meski dalam pantauan tidak ada pelanggaran berarti, namun Ronaldo tetap ngotot hingga berteriak dan frustasi.
Terkadang bagi seorang pemain, menerima hasil dan kekalahan adalah sebuah bukti kedewasaan. Tak selamanya tim harus menang, jika memang telah bermain buruk. Masalahnya, apa yang dilakukan Ronaldo semata lebih banyak untuk kepentingan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa mencetak banyak gol, brace, hattrick, dan sebagainya.
Jika ada istilah 'tidak ada pemain yang lebih besar dari klub', hal itu seperti tak berlaku bagi Cristiano Ronaldo. Ia akan terus merasa lebih besar dari klub.
Arogansi Ronaldo saat ini sudah terlalu besar bagi Juventus. Dengan gaji yang sangat mahal, kemungkinan besar, Juventus akan menjadikan Liga Italia 2020-2021 musim terakhirnya di Turin.